BIMA, Suara Muhammadiyah- Penanggulangan Bencana (PB) bukan lagi menjadi tanggung jawab sektor kebencanaan saja, pihak-pihak lain yang bergerak di sektor kesehatan, keamanan, dan perlindungan menjadi bagian dari upaya penanggulangan bencana sekaligus bersama-sama mengurangi risiko bencana.
Dalam upaya tersebut, Muhammadiyah mengadakan pertemuan dengan para pihak penanggulangan bencana di kota Bima. Dari hasil analisis ancaman bencana, kota Bima memiliki tiga ancaman bencana, yaitu banjir, tanah longsor, dan gempa. Para pihak yang terdiri dari BPBD, Dinas Kesehatan, PMI, Polres, Kodim, Pimpinan Daerah Muhammadiyah, dan Tim Siaga Bencana Kelurahan di Kota Bima berkomitmen untuk saling mendayagunakan sumber daya yang dimiliki dan mensinergikan peran dari masing-masing institusi.
Para pihak yang hadir pada pertemuan tersebut mengapresiasi langkah Muhammadiyah dalam pengurangan risiko bencana di Kota Bima. Hal ini disampaikan dalam Pertemuan Para Pihak Penanggulangan Bencana Kota Bima yang diselenggarakan di Hotel Mutmainah Kamis (6/7). Terlebih, dalam waktu yang berdekatan belakangan ini, kota Bima dua kali menghadapi bencana banjir.
Dalam pertemuan ini diharapkan para pihak dapat bersinergi dalam koordinasi penanggulangan bencana dengan bersama-sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing institusi. “Mengingat potensi ancaman bencana yang terjadi di Bima, pemerintah berupaya mengerahkan tenaga untuk mengurangi risiko bencana terutama di bidang kesehatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima dalam sambutannya. Ia mengharapkan semua fasilitas layanan kesehatan umum di Kota Bima turut serta terlatih agar siap menghadapi keadaan darurat dan bencana. “Ke depan, saya menginginkan semua layanan kesehatan di kota Bima ini sudah menuju aman bencana. Muhammadiyah telah memelopori melalui RSU PKU Muhammadiyah Bima sebagai rumah sakit aman bencana,” pungkasnya.
Pelatihan kesiapsiagaan rumah sakit dan kesiapan masyarakat untuk kedaruratan dan bencana ini diawali dengan pelatihan yang melibatkan manajemen rumah sakit dan masyarakat di sekitar wilayah rumah sakit. Selain pelatihan, juga diadakan lokakarya untuk menghasilkan dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Rumah Sakit dan Komunitas. Selain itu, masyarakat dilatih melalui simulasi-simulasi dalam menghadapi kondisi darurat dan bencana. (Aulia/HPCRED)