STKIP Muhammadiyah Babel Buka Dua Prodi Baru

STKIP Muhammadiyah Babel Buka Dua Prodi Baru

BANGKA BELITUNG, Suara Muhammadiyah- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Bangka Belitung membuka dua program studi (prodi) baru pada tahun ajaran baru 2017/2018. Adapun dua prodi baru yang dibuka yakni Prodi Matematika dan Prodi Bahasa Inggris.

Hal ini berdasarkan dikeluarkanya SK SK Kemenristek Dikti No 270/KPT/1/2017 untuk Prodi Matematika dan SK Kemenristek Dikti No No 270/KPT/1/2017 untuk Prodi Bahasa Inggris.

Ketua STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung, Asyraf Suryadin mengatakan bahwa dengan dibukanya dua prodi baru, STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung memiliki empat program studi yang dibuka hingga kini. Yaitu meliputi Prodi PGSD, Prodi PJKR, Prodi Matematika, dan Prodi Bahasa Inggris. Sedangkan untuk pendaftaran, pihaknya masih membuka kesempatan bagi calon mahasiswa baru hingga 19 Agustus 2017.

“Alhamdulillah saat ini kita sudah menambah prodi baru yakni Prodi Bahasa Inggris dan Matematika. Kita juga sudah mulai menerima mahasiswa baru untuk tahun ini. Untuk Prodi PGSD gelombang IV ini sudah cukuplah,” tutur Asyraf saat membuka Seminar Mahasiswa dan Wawasan Kebangsaan, Sabtu (8/7).

Kegiatan seminar yang digelar di Kampus STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung ini diikuti oleh mahasiswa dari lintas perguruan tinggi di antaranya yaitu mahasiswa STKIP, STAIN, STIKES, dan sebagainya, serta dihadiri oleh para Ketua STKIP, Ketua Prodi, dan dosen. Tampil sebagai narasumber yakni Widyaiswara PKP2A I LAN, Gugum Gumelar.

Dalam kesempatan tersebut, Gugum menyampaikan mengenai Pancasila sebagai pedoman bertingkah laku bagi masyarakat. Menurutnya, pemahaman wawasan kebangsaan harus dilandasi Pancasila sehingga terbentuk karakter bangsa.

“Pancasila dapat dikatakan sebagai dasar negara, pandangan hidup, ideologi negara, ligatur (pemersatu) dalam perikehidupan kebangsaan dan kenegaraan, dan sumber dari segala sumber hukum,” tuturnya.

Gugum menambahkan, dengan melihat kondisi bangsa saat ini, mahasiswa diharapkan dapat menjadi agen perubahan dari kelompok penekan.

“Jika jaman dulu makna membangun bangsa adalah merebut kemerdekaan dengan bambu runcing maka saat ini bermakna mengisi kemerdekaan dengan ide-ide kreatif,” tandasnya (Giarti/ Yusri).

Exit mobile version