WONOSOBO, Suara Muhammadiyah- Pengurangan resiko bencana akibat kekerasan dan konflik belum banyak menjadi konsen para pegiat penanggulangan bencana. Banyak data yang menyebutkan bahwa jumlah warga terdampak akibat kekerasan ditengarai sebagai akibat bencana alam. Berangkat dari hal tersebut, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Tengah bersama Peace Generation dan Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mensosialisasikan program sekolah CERDAS (Ceria, Damai, dan Siaga Bencana).
Sekolah CERDAS merupakan perpaduan konsep Sekolah Welas Asih dan Sekolah Aman Bencana dengan berusaha menciptakan sekolah yang memiliki pengetahuan, keterampilan, serta kebijakan yang dapat merespon resiko bencana alam ataupun kekerasan di Sekolah. Hal ini disampaikan oleh rombongan dari Peace Generation Bandung dalam sosialisasi program Sekolah CERDAS di MI Muhammadiyah Bener, Kecamatan Kepil Wonosobo, Jumat (14/7).
Kehadiran tim Sekolah CERDAS yang dipimpin oleh Taufiq Nur Hidayatullah beserta rombongan yang terdiri dari 6 orang ini dikemas dalam kegiatan TOT (Training of Trainer) yang didukung sepenhnya oleh MDMC Jawa Tengah bersama Peace Generation dan Lazismu PP Muhammadiyah.
Dalam kesempatan tersebut, Irfan Azlan dalam pemaparannya menyampaikan bahwa terdapatnya 12 nilai dasar perdamaian yang harus diterapkan di Sekolah CERDAS. Antara lain yaitu menerima diri, prasangka, perbedaan etnis, perbedaan agama, perbedaan jenis kelamin, perbedaan status ekonomi, perbedaan kelompok atau geng, keangekaragaman, menolak kekerasan, mengakui kesalahan, serta memberi maaf.
“Ini bertujuan membangun kepedulian yang sama terhadap ancaman kekerasan dan bencana kemanusiaan yang lebih luas. Sampai akhir tahun 2018 kita berharap dapat menyelenggarakan untuk 100 sekolah, bahkan target 15 tahun kedepan sudah memiliki 1000 sekolah cerdas di seluruh Indonesia,” pungkasnya.
Irfan menambahkan, misi program Sekolah CERDAS ini untuk tahap pertama adalah membentuk 20 sekolah yang berkomitmen untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang aman yang tertuang dalam kebijakan sekolah.
Adapun beberapa sekolah yang menerima manfaat program atau menjadi pilot project di antaranya yaitu MI Muhammadiyah Batuwarno, MI Muhammadiyah Bener Kepil Wonosobo, MI Muhammadiyah Karagasem Batang, MI Muhammadiyah Undaan, MIM Giritirta Banjarnegara, SD Muhammadiyah Pasarean, MTs Mutu Dukun, SD Kristen I Purwokerto, SD Kristen Setabelan II Surakarta, SD Muhammadiyah 05 Cilacap, SD Muhammadiyah 18 Surakarta, SD Muhammadiyah Banyumas, SD Muhammadiyah Pati, SD Muhammadiyah Weleri Kendal, SMP Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen, SMP Kristen I Klaten, SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta, SMP Muhammadiyah Purwodadi Purworejo, SMP Muhammadiyah III Karangpandan, serta SMP Negeri II Karangnongko Klaten. (Sariman)