PURWOREJO, Suara Muhammadiyah- Dalam rangka menjawab keresahan akan lemahnya budaya literasi yang menjangkiti generasi bangsa, Prodi Pendidikan Bahahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo menggelar Seminar Nasional Bahasa Sastra dan Budaya (Bahtera) di Auditorium Kasman Singodimejo UM Purworejo pada Selasa (15/7).
Seminar Nasional bertajuk “Implementasi Gerakan Literasi menuju Masyarakat Mandiri Berkemajuan” ini diikuti oleh kurang lebih 311 peserta dengan 71 peserta pemakalah pendamping dan 240 peserta non pemakalah yang terdiri dari berbagai kalangan yakni mahasiswa sarjana-pasca sarjana, guru dan dosen yang berasal dari daerah Jawa, Sumatera, DIY, Sulawesi, Jakarta dan lain sebagainya. Seminar Nasional Bahtera yang merupakan kegiatan perdana ini rencananya akan diselenggarakan setiap tahunnya dengan mengambil momentum pada Bulan Bahasa.
Terkait teknis, kegiatan ini terbagi dalam 2 sesi. Sesi pertama dibawakan oleh Guru Besar fakultas Bahasa dan Seni UNY, Suminto A Sayuti. Sesi kedua oleh Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM, Suhandono, dan sesi ketiga diisi oleh Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia UM Purworejo, Khabib Sholeh.
Dalam pemaparannya, Suminto A Sayuti membedah terkait Budaya Literasi, Martabat Bangsa dan Pengajaran Sastra. Ia menyebutkan bahwa bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang menjunjung tinggi budayanya. Menurutnya, budaya literasi harus menjadi identitas utama keberadaan lembaga kecendekiawanan yang diharapkan mampu menjadi teladan bagi masyarakat dan berkomitmen kepada nilai-nilai luhur seperti keadilan, kebajikan, dan kasih sayang melalui membaca, menulis, dan apresiasi sastra (MMAS).
“Kebesaran atau potensi-potensi kebesaran suatu bangsa suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh satu faktor. Para cendekiawan dan calon cendekiawan harus berdiri di depan. Tidak bisa tidak,” ujarnya.
Terkait Linguistik Forensik, Kesaksian Ilmu Bahasa dalam Sidang Pengadilan, Suhandano menyampaikan mengenai pemahaman makna tuturan dalam aspek tekstual tuturan, peserta tuturan, konteks tuturan dan budaya. Sedangkan Khabib Sholeh dalam kesempatan tersebut mengatakan pentingnya pendidikan untuk memfasilitasi kecerdasan yang majemuk.
“Masing-masing peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga tidak dapat digeneralisir semua harus dapat menguasai pengetahuan bidang tertentu. Tetapi pendidikan harus dapat memfasilitasi kecerdasan yang majemuk tersebut,” ungkapnya.
Sementara itu, Panitia Penyelenggara, Suryo Daru menyampaikan bahwa penyelenggaraan seminar kali ini sebagai salah satu bentuk menjawab keprihatinan akan budaya literasi. Hal ini mengingat adanya hasil penelitian FISA UNESCO yang menyebutkan bahwa Indonesia menempati posisi 65 dari 67 negara di dunia.
“Harapannya dengan agenda ini dapat meningkatkan kesadaran dalam budaya literasi membaca menulis khususnya bagi pelajar melalui guru dan mahasiswa untuk hadapi kemajuan zaman ke depan,” jelasnya.
Wakil Rektor I Bidang Akademik UM Purworejo, Sugeng menambahkan bahwa pihaknya turut mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut.
“Penyelenggaraan forum semacam ini sangat penting sebagai salah satu cara membudayakan budaya literasi bagi generasi muda. Budaya literasi sangat penting. Karena mendukung kemajuan bangsa,” tandasnya. (Akhmad M)