KUALA LUMPUR, Suara Muhammadiyah – Kunjungan peserta Studies of Manajemen Media (SoMM) pada hari kedua, Jumat (20/7) dalam serangkaian kegiatan seminar “Power Media Print” di kantor berita terbesar di Malaysia, disambut dengan hangat.
Dalam kesempatan tersebut, telah disiapkan dialog antara perwakilan media Indonesia dengan jajaran direksi News Straits Time.
Walaupun terbatas oleh waktu, namun dialog antara perwakilan media Indonesia dengan jajaran direksi, mendapat apresiasi luas.
Salah satu perwakilan Media Indonesia yang ikut bertukar pikiran adalah majalah Suara Muhammadiyah. Diwakili oleh Pemimpin Perusahaan Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari.
Ketika Deni menjelaskan profile singkat majalah Suara Muhammadiyah sebagai media yang tertua dan masih eksis di Indonesia, sontak jajaran direksi perusahaan pers terbesar di Malaysia ini kaget.
“Saya sangat apresiasi, dan bahkan sebagai sebuah media dalam bentuk majalah, menurut saya Suara Muhammadiyah bukan saja sebagai media tertua di Indonesia, namun tertua di dunia,” tutur Datu’ Amuhtar, salah direktur News Straits Time yang disambut appluse.
Sikap antusiasme jajaran direksi ini, juga ditunjukkan ketika salah satu wartawan media yang sudah berdiri sejak tahun 1845 ini ditugaskan mewawancarai Deni Asyari seputar Majalah Suara Muhammadiyah.
Dalam kesempatan wawancara, reporter NSTP menyinggung perihal bagaimana sebuah majalah SM bisa survif dan eksis hingga hari ini. Sebab menurut wartawati yang mewawancarai Pimpinan Perusahaan SM ini, justru NSTP juga harus banyak belajar dengan SM.
“Tadi sempat diwawancarai oleh salah seorang wartawati NSTP, dan saya menjelaskan kenapa SM bisa eksis hingga hari ini, di antaranya adalah, karena SM sebagai media yang bersifat guiden religi, yaitu panduan keagamaan, sehingga aspek konten ini, menjadi kebutuhan penting umat Islam di Indonesia. Kedua, adalah faktor kredibilitas majalah SM. Sebagai guiden religi, SM hadir sebagai pencerahan dan peneguhan semangat dan nilai keberagamaan masyarakat. Sehingga SM tidak terombang ambing dengan berbagai isu dan pemikiran keagamaan yang datang pergi silih berganti,” tutur Deni.
Lebih lanjut, Deni menjelaskan, tentunya kehadiran dan pertemuan SM dengan NSTP ini, bisa saling bertukar pengalaman dan pemikiran. Karena sama-sama sebagai media yang sudah ada sebelum Indonesia maupun Malaysia merdeka.
Apresiasi serupa juga ditunjukkan oleh Aizi Othman, exsekutif Editor NSTP, yang ingin bisa berkunjung ke kantor Suara Muhammadiyah di Indonesia. ” Saya sangat senang sekali jika ada kesempatan untuk berkunjung ke kantor Majalah Suara Muhammadiyah,” tuturnya singkat kepada Deni Asyari.
Dalam kegiatan ini, SM sengaja memboyong lima crew awak medianya. Dengan harapan bisa menambah wawasan dan semangat dalam mengembangkan majalah SM ke depan. (Red)