Anies Baswedan: Tidak Ada Masalah Kebhinekaan

Anies Baswedan: Tidak Ada Masalah Kebhinekaan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Acara silaturahim dan pelepasan jam’ah haji yang dilakukan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Nitikan kali ini terasa istimewa, dengan menghadirkan Anies Rasyied Baswedan, pada Rabu (19/7) di Masjid Sultonain, Nitikan, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta.

Ketua PRM Nitikan, Dwi Kuswantoro mernyatakan, antusias para jama’ah untuk datang di acara ini terbilang tinggi. Dengan perkiraan awal hanya sekitar 800 jama’ah yang hadir, ternyata lebih dari itu. “Dari panitia hanya menyediakan 800 kotak snek dan itu ludes habis tidak tersisa, tapi peserta terus berdatangan. Dengan kenyataan tersebut, kita perkirakan yang hadir mencapai ribuan. Sampai masjid tidak bisa lagi menampung jama’ah yang hadir, tapi itu kita ‘akali’ dengan memakai tikar untuk jama’ah yang tidak kebagian tempat duduk,” ungkapnya.

Mengisi tausyiah kebangsaan Anies menyampaikan, “Tidak ada masalah kebhinekaan, karena kebhinekaan adalah kenyataan. Tapi persatuan yang patut  direnungkan,” kalimat yang relevan dalam menyikapi gejolak kebangsaan saat ini. kalimat ini  disampaikan di tausyiah kebangsaan dalam acara silaturahim warga Muhammadiyah Ranting Nitikan.

Disampaikannya bahwa negeri ini sedang membutuhkan sumbangsi dari segala elemen masyarakatnya, lebih khsus lagi anis menekankan untuk selalu berdoa bagi kebaikan negeri yang sedang dilanda gejolak yang hebat.

Anies menyampaikan, “masalah kita bukan ke bhineka an, karena itu sebuah kenyataan.” Dia mencontohkan tentang perbedaan warna kulit, agama, dan suku. Tapi yang patut direnungkan untuk saat sekarang ini adalah tetang persatuan, “persatuan kita sebagai bangsa banyak yang mengerogoti, mulai dari keagamaan dan rasa kebangsaan yang dirong-rong,” tambahnya.

Fenomena kegaduhan bangsa ini tentu memiliki sebab yang menadasari dan menjadi pemicunya, “ujung pangkal dari kegaduhan ini disebabkan adanya ketidakadilan pada elemen bangsa,” imbuhnya. Sudah banyak fakta ditemukan di lapangan, yang menunjukan ketidakadilan itu, ia mencotohkan di Jakarta misalnya banyak kampung pingiran yang memilki ketimpangan yang ekstrem dengan daerah sekitarnya. “padahal Jakarta itu merupakan pusat kota yang ada di Indoensia, tapi masih sering kita jumpai kemiskinan dikampng-kampungnya,” imbuhnya.

Di akhir tausyiah, dia mengatakan, “sering kita berkata persatuan dan kesatuan, tapi kita lupa bagaimana menciptakan dan menguatkan persatuan itu,” dan dia juga mengapresiasi atas kegiatan yang diadakan oleh PRM Nitikan, “dengan hal semacam ini (silaturahim), adalah sebagai bibit persatuan,” tutupnya. (A’an ar/mg)

Exit mobile version