YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pagi ini, Sabtu (22/7) Presiden Joko Widodo letakkan batu pertama Museum Muhammadiyah di kompleks Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (kampus 4). Dalam kesempatan tersebut hadir juga Ibu Negara Iriana Jokowi, Mendikbud Muhadjir Effendi, Mensesneg Pratikno beserta Istri, Menristek Dikti Muhammad Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X beserta jajaran.
Selain meletakkan batu pertama pembangunan Museum Muhammadiyah, Presiden Jokowi berkesempatan membawakan kuliah umum bertajuk ‘Pembangunan Sumberdaya Manusia yang Kompetitif untuk Menghadapi Era Global’.
“Muhammadiyah memiliki andil sebagai kekuatan transformatif yang begitu besar dalam mencerdaskan generasi kita, mencerdaskan umat, dan memerdekakan bangsa Indonesia dari kebodohan. Di samping itu mensejahterakan rakyat melalui amal usaha persyarikatan yang ada di segala penjuru,” papar Presiden Jokowi.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengapresiasi kehadiran Presiden Jokowi dalam prosesi menyembut pembanguna Museum Muhammadiyah. Peletakan batu pertama tersebut merupakan kali kedua Presiden Jokowi menghadiri acara yang digelar oleh Muhammadiyah di Yogyakarta. Museum Muhammadiyah yang akan berdiri di atas tanah seluas 1 hektar tersebut akan mendapatkan dukungan dana dari pemerintah melalui Kemendikbud juga Kemenristek Dikti.
“Dengan kehadiran Presiden dapat memperkokoh semangat bahwa dari rahim Muhammadiyah lah lahir generasi bangsa dan Indonesia yang berkemajuan,” tutur Haedar.
Haedar menekankan bahwa keberadaan Museum Muhammadiyah ini akan menjadi tonggak pendukung visi Muhammadiyah untuk mewujudkan Indonesia berkemajuan. Meskipun selama ini menurut Haedar keberadaan Muhammadiyah telah diibaratkan sebagai museum berjalan, dengan adanya Museum Muhammadiyah generasi muda bangsa diharapkan mampu mengambil banyak pelajaran tentang sejarah Indonesia, Islam dan Muhammadiyah. Museum Muhammadiyah ini jelas Haedar juga akan menjadi pusat dokumentasi dan informasi sejarah gerakan Muhammadiyah, sebagai media pendidikan, dan secara umum sebagai media pariwisata.
“Muhammadiyah selama telah menjadi museum berjalan dan akan terus berkiprah bagi bangsa dan negara. Museum ini digarap menjadi tonggak, pelengkap, dan pendukung visi Muhammadiyah mewujudkan Indonesia yang berkemajuan,” tukas Haedar.
Selain Museum Museum Muhammadiyah, Haedar turut menjelaskan bahwa di dalam kompleks UAD seluas 8 hektar tersebut rencananya akan dibangun pusat observatorium yang akan memperkuat Pusat Kajian Dan Pengembangan Tarjih yang juga terletak di kompleks UAD tersebut.
“Sehingga penetapan 1 syawal dan 1 Dzulhijjah dan waktu-waktu ibadah lainnya semakin diperkokoh oleh hasil pengamatan yang akurat,” lanjutnya.
Selain akan menjadi area pembangunan Museum Muhammadiyah dan Pusat Observatorium, di dalam kompleks UAD tersebut Muhammadiyah juga memiliki Pusat Pendidikan Ulama Tarjih sebagai wadah penggemblengan yang akan melahirkan ulama-ulama handal didikan Muhammadiyah.
“PUTM mempertegas bahwa basis ulama juga tumbuh di Muhamadiyah yang didukung oleh kurang lebih 160 an pesantren milik Muhammadiyah. Kita punya ribuan diniyah yang berbasis di masjid-masjid. Dari sini Muhammadiyah ingin menunjukkan bahwa Muhammadiyah menghadirkan Islam sebagai dinul hadloroh,” tegas Haedar.
Terakhir, Haedar menggarisbawahi bahwa Muhammadiyah akan terus berkomitmen memperluas area gerak hingga ke daerah-daerah terdepan dan terluar. Khususnya dalam hal pendidikan, kesehatan dan juga kesejahteraan sosial.
“Ini merupakan semangat bahwa Muhammadiyah tidak pernah mewacanakan tentang kebhinekaan dan pluralitas. Muhammadiyah mempraktekkannya melalui karya nyata,” tandas Haedar. (Th)