YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Salah satu kunci untuk mencerdaskan dan membuat masyarakat maju yakni melalui sebuah gerakan. Hal inilah yang diusung oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah melalui sebuah semangat berkemajuan sejak awal kehadirannya. Kiprah dakwah dan semangat berorganisasi para pendahulu Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ini tentunya tak terlepas dari landasan keimanan yang kuat yang diorientasikan kepada Allah SWT dan bagi umat. Demikian disampaikan oleh Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Chamamah.
Dijelaskan Chamamah bahwa pada permulaan abad 20, di tengah kondisi bangsa Indonesia yang menempatkan posisi perempuan hanya dalam urusan domestik, ‘Aisyiyah hadir membawa warna baru untuk kemajuan perempuan dan umat Islam. Menurutnya, eksistensi gerakan dakwah ‘Aisyiyah pada saat itu hingga sekarang tentunya tak terlepas dari semangat dan perjuangan para pendahulu yang dilandasi dengan niat yang mulia.
“Meskipun pada waktu itu fasilitas masih terbatas, tapi mereka (para pendahulu-red) selalu tertantang. ‘Aisyiyah diletakkan di pundak para pendiri ‘Aisyiyah dengan semangat. Karena ada satu kata yang harus diingat oleh ‘Aisyiyah sampai sekarang. Yaitu nikmat. Berorganisasi itu nikmat. Dan semangat,” ungkapnya kepada suaramuhammadiyah.id, Selasa (18/7).
Menurut Chamamah yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, salah satu kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan bahagia adalah dengan bergerak secara bersama-sama. Melalui sebuah gerakan, di tahun 1926 ‘Aisyiyah sudah mampu menggelar gerakan nasional berbentuk konferensi ‘Aisyiyah seluruh Indonesia untuk kali pertama berkat semangat dan ketokohan para pendahulu ‘Aisyiyah. Tak berhenti sampai di situ, semangat dan kesungguhan ‘Aisyiyah terbukti hingga hari ini yang ditunjukan dengan banyakya amal usaha ‘Aisyiyah dalam berbagai bidang serta diperuntukan bagi kebermanfaatan semua orang.
“Orang ‘Aisyiyah itu terus bergerak dengan semangat Islamnya. Saya tahu sendiri bagaimana tokoh-tokoh terdahulu ber’Aisyiyah. Begitu luar biasa, semangatnya mengalahkan apapun. Jadi, mereka berpikirnya hanya satu; untuk ‘Aisyiyah. Tidak untuk siapa-siapa. Itulah jiwa ‘Aisyiyah yang ditekankan oleh pendirinya, yakni Nyai Ahmad Dahlan,” pungkasnya.
Terkait amal usaha, lanjut Chamamah, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah menekankan pentingnya semangat bekerja dan kesungguhan sehingga mampu menghasilkan banyaknya amal usaha hingga sekarang ini yang dapat dimanfaatkan dan untuk melayani semua orang.
“Ini membuka satu wawasan bahwa kita itu plural. Kita itu melayani dengan Islam berkemajuan. Islam berkemajuan itu bisa bermasyarakat, bisa melayani yang lain meskipun agamanya lain. Jadi dengan semangat kerja seperti itu membuat kiprahnya itu luar biasa. Karena ‘Aisyiyah itu tidak pada orangnya, tapi karena memang kepada organisasi,” tandasnya (Yusri).