72 Tahun Indonesia Merdeka, Uhamka Gelar Pameran Spektakuler yang akan Dibuka Presiden Jokowi

JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72, Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) akan menggelar pameran lukisan spektakuler. Dalam agenda tersebut, sebanyak 72 lukisan tokoh Indonesia dan 7 presiden, dari Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo akan dipamerkan. Agenda ini akan berlangsung di Epiwalk Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, pada 11-17 Agustus 2017. Sesuai rencana, Presiden RI Joko Widodo dijawalkan akan membuka secara resmi gelaran pameran tersebut.

Pada setiap lukisan, nantinya dilengkapi dengan tulisan berupa kisah dari setiap tokoh. Kisah ke-72 tokoh dan 7 presiden RI tersebut kemudian dituangkan dalam satu buku berjudul Perjuangan Menjadi Indonesia Bukan Darah Sia-Sia setebal 953 halaman. Dengan demikian, pameran lukisan dan tulisan ini akan terasa lebih hidup dan dapat dinikmati oleh semua pengunjung.

Promotor Ali Akbar, menyatakan bahwa 72 tokoh yang terpilih, masing-masing mewakili setiap zaman. Mulai dari era zaman penjajahan, zaman orde lama, orde baru hingga era reformasi. Beberapa tokoh di antaranya adalah Laksamana Malahayati, Sultan Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa, Pattimura. Lalu era tahun 1908 hingga Kebangkitan Nasional diwakili oleh HOS Tjokroaminoto, dr Wahidin Sudirohusodo, dr Ciptomangunkusumo, KH Ahmad Dahlan, M Husni Thamrin, Ki Hajar Dewantara dan lainnya.

Mewakili era kemerdekaan, di antaranya seperti Bung Tomo, Soedirman, Tan Malaka, Haji Agus Salim, M Yasin dan lainnya. Kemudian ada tokoh-tokoh era Pemerintahan Presiden Soekarno seperti Mohammad Hatta, Wilopo, Frans Seda dan lainnya. Era Presiden Soeharto, ada Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Harmoko, Wiranto, Adam Malik. ”Sampai kepada era reformasi dan era kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini. Dengan tokohnya Pak Jokowi sendiri, lalu Abdurahman Wahid, Megawati, Amien Rais, Akbar Tanjung, Hamzah Haz, dan Boediono,” jabar Ali Akbar.

Even pameran lukisan dan tulisan tersebut menampilkan 80 lukisan dari 72 tokoh Indonesia berbagai zaman. Lukisan karya Soheib Toyaroja beraliran realis-ekspresif bertehnik palet akan didisplay megah. Sohieb dikenal sebagai pelukis unik yang kerap menggunakan palet, yang memuatkan nilai spiritual kental pada setiap goresan kanvasnya.

Sohieb Toyaroja sangat mengapresiasi agenda yang langka ini. “Pertama terjadi, pameran lukisan dikolaborasikan dengan penerbitan buku. Harapan saya buku Bukan Darah Sia-Sia bisa menjadi jembatan menuju tingkap apresiasi yang lebih nyata bagi para tokoh kita,” ujar pelukis yang lukisannya kerap menjadi langganan Presiden SBY hingga Soetrisno Bachir.

Rektor Uhamka, Prof Suyatno mengatakan bahwa gelaran “Pamer Lukisan 72 Tokoh Indonesia & 7 Presiden RI” tersebut menjadi bagian dari ungkapan rasa syukur atas 72 tahun Indonesia merdeka. “Ini merupakan salah satu ekspresi dari rasa cinta dan peduli kami terhadap Indonesia yang dulu, sekarang dan yang akan datang, juga selamanya,” ujar Suyatno, Kamis (27/7).

Kesyukuran itu merupakan wujud refleksi diri bangsa Indonesia. Menurutnya, negeri ini dibangun dengan semangat, cita-cita, tujuan, juga darah, dan air mata. Tidak sedikit pengorbanan yang ditunaikan oleh rakyat demi tegak dan jayanya negeri tercinta ini. Segala hal mereka lakukan demi harga diri atau martabat untuk kemaslahatan ummat.

Suyatno mengingatkan bahwa sejarah telah mencatat ribuan, ratusan ribu, bahkan jutaan anak bangsa, ikhlas bersusah payah hingga kehilangan jiwa raga demi membebaskan negeri ini dari kezaliman penjajah. “Sebagai bangsa dimulai sejak era jauh sebelum memiliki kehendak bernegara hingga tercetusnya kata Indonesia sebagai negara, nenek moyang kita telah mengajari kesadaran mengenai betapa pentingnya kemerdekaan bagi setiap individu. Sesuatu yang biasa disebut sunnatullah,” ungkap Bendahara Umum PP Muhammadiyah ini.

Semangat dan pengorbanan mereka, pantas dimaknai sebagai modal dasar yang tak mungkin ditukar dengan hal-hal lain yang dapat menggerus kadar nasionalisme. “Sehingga kita justeru harus mengolahnya untuk memperkuat jati diri dan karakter sehingga mewujud sebagai bangsa besar yang tangguh dan disegani dunia,” ulas Suyatno. (Ribas/Foto:Dok.PP Muh)

Exit mobile version