PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah – Goncangan berat dinilai tengah melanda umat Islam Indonesia, kini dan nanti. Berbagai upaya melemahkan umat pun saat ini sudah menggejala kuat, tidak melalui perang fisik, tetapi dengan pola yang dikenal sebagai proxy war.
Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal Lc MSi, mengingatkan hal itu di hadapan ratusan jamaah yang menghadiri acara Halal bi Halal Keluarga Besar Muhammadiyah Kota Pekalongan, Senin (24/7) malam di Masjid Al Ihsan. Kata dia, umat Islam dunia, termasuk di Indonesia sejatinya telah dan tengah menghadapi persekongkolan besar untuk dilemahkan dari berbagai penjuru.
Itu sebabnya, jelas Fathurrahman, QS al Baqarah: 120 menagaskan bahwa Yahudi dan Nasrani tidak akan rela terhadapmu sampai kamu mengikuti millah mereka. Ayat itu tidak menggunakan kata ‘dien’ yang bermakna agama formal, tetapi millah, yakni jalan yang bisa berwujud kebudayaan, ekonomi, politik, gaya hidup dan lainnya.
“Maka misionaris dunia, Samuel Zwimmer, dalam kongres di Jerusalem tahun 1935 sudah menyatakan, tugas misionaris bukanlah mengeluarkan umat Islam dari agamanya, tetapi cukup dengan menjauhkan umat dari Islamnya. Hasilnya, kini semakin banyak umat Islam yang tidak menggunakan cara Islam,” ungkapnya.
Untuk membendung tingginya persebaran HIV/AIDS misalnya, solusi Alquran adalah dengan tak mendekati zina, bukan bagi-bagi alat kondom. Islam, termasuk Muhammadiyah juga menolak paham yang menganggat semua agama sama benar. Tetapi dewasa ini banyak orang Islam yang meyakini sebaliknya.
“Cara berbudaya, berpolitik, berekonomi, nyaris tidak ada yang gunakan cara Islam,” tandas aktifis Rabithan dan Ulama ASEAN itu.
Sesuai teori Malthus, masyarakat dunia akan menghadapi krisis pangan karena ledakan jumlah penduduk. Setelahnya, dunia juga akan dihadapkan pada krisis energi tak terbaharukan, terutama minyak bumi. Sebagai solusinya adalah bioenergy yang hanya bisa dikembangkan di negara-negara tropis seperti Indonesia.
“Indonesia akan menjadi rebutan negara-negara besar di dunia, tetapi Indonesia tidak boleh dihabisi. Sebaliknya, Indonesia akan diperrebutkan melalui proxy war. Digunakanlah perang budaya dan pemikiran untuk melemahkan umat,” ucap Fathurrahman.
Pelemahan itu juga dilakukan melalui peredaran narkotika yang mengerikan, separatisme, terorisme, perang cyber, hingga konflik di internal umat Islam.
“LIhatlah fenomena LGBT, dunia internasional menuntut legalisasi. PBB sampai menggelontorkan dana Rp 105 miliar khusus untuk mensosialisasikan perkawinan sesama jenis. Semua agenda ini terkonsolidasi atas nama HAM. Gejala ini sudah berlangsung di Indonesia dan yang mendukung antara lain orang-orang Islam. Meski masih dilarang, kasus perkawinan sejenis saja terjadi. Targetnya tinggal merubah UU Perkawinan untuk bisa mengakomodir LGBT. Ini mengerikan,” bebernya.
Dengan tantangan yang sedemikian berat, kata Fathurrahman, umat Islam, termasuk warga Muhammadiyah harus solid dan kokoh. Terlebih, goncangan itu ditandai munculnya orang-orang munafik di tengah-tengah umat. Merekalah yang justru berperan melemahkan umat, membuat umat ragu dengan Islam sebagaimana dinyatakan Zwimmer.
“Yang melemahkan umat bukan non Muslim, tetapi orang Islam sendiri. Menghadapi ini, warga Muhammadiyah harus tenang, perkuat silaturahim, jangan disibukan dengan meributkan hal-hal sepele. Perkuat juga AUM supaya kita mandiri dan tidak mengemis bantuan. Seperti digambarkan dalam Alquran Surat Al Ahzab ayat 22, berbagai goncangan ini justru mengokohkan hati orang beriman,” ujarnya. (saman saefudin)