MALANG, Suara Muhammadiyah- Jadikanlah Muhammadiyah bagian dari ikhtiar dalam menggapai nur ilahi! Barangkali, demikian pesan moral yang ditekankan Prof Dr H Thohir Luth, MA, selaku anggota PWM Jawa Timur melalui taushiyahnya di hadapan ribuan warga Muhammadiyah Kabupaten Malang, Ahad (30/7). Dalam kesempatan ini, Thohir Luth banyak menyampaikan bahwa Muhammadiyah hadir dalam wujudnya yang konkrit bagi pencerahan ummat.
“Indonesia tanpa ‘sinar mentari’ Muhammadiyah, insyaallah akan gelap selamanya. Di era baru ini, Muhammadiyah melakukan gerakan konkrit, yakni gerakan pencerahan, pencerahan dan pencerahan untuk negeri Indonesia ini,” demikian kiasan Thohir Luth dalam pengajian daerah dan Halal bihalal PDM Kabupaten Malang di area Taman Rekreasi Sengkaling Kuliner, Ahad (30/7) pagi.
Karena, menurutnya bangsa Indonesia yang dihuni mayoritas Muslim ini, banyak orang yang terbelenggu, tersesatkan karena ketidaktahuan mereka tentang ajaran Islam yang bersumber dari al Qur’an dan as Sunnah. Terlebih, ketidaktahuan mereka tentang hak-hak dan kewajiban mereka dalam berbangsa dan bernegara.
Bahkan, tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim periode 2010-2015 ini mencontohkan, penampilan atau atraksi bela diri yang disajikan sebagai rangkaian acara yang digelar di pusat kuliner milik Universitas Muhammadiyah Malang ini, juga memiliki pesan mendalam. Menurutnya, Muhammadiyah melalui Tapak Suci itulah sesungguhnya bukti konkret bahwa Muhammadiyah siap bela negara.
“Tapak Suci disiapkan untuk bela negara, karenanya kita harus bangga,” tegas Prof. Thohir (sapaan akrabnya).
Guru besar Hukum Islam Universitas Brawijaya ini juga menyinggung kondisi mutakhir di negeri ini. Menurutnya ada masalah utama yang sedang dihadapi oleh ummat Islam di Indonesia. Situasi ini terutama efek setelah diterbitkannya Perppu Nomor 2/2017 terkait Ormas.
“Saya ingin katakan bahwa tentang Pancasila, NKRI, UUD dan Bhineka Tunggal Ika buat Muhammadiyah adalah sudah final, sudah selesai dengan sebutan daarul ahdi wa syahadah. Negara yang kita saksikan bersama, kita sepakati bersama dan kita perjuangkan, dalam rangka kesejahteraan bangsa Indonesia,” ungkapnya.
Karenanya, menurut Prof Thohir, jika ada orang yang mencurigai Muhammadiyah tentang sikapnya terhadap Pancasila, NKRI, UUD dan kebhinekaan itu adalah orang blo’on gaya baru. Orang yang dimaksud dianggap tidak paham sejarah dan tidak mengerti persyarikatan yang berdiri sebelum NKRI ini lahir.
Prof. Thohir menegaskan, Muhammadiyah jauh sebelum Indonesia merdeka telah memberi kontribusi yang luar biasa.
“Muhammadiyah bukan sebatas dakwah agama, melainkan pula bagi pendidikan dan pelayanan sosial yang tidak memandang golongan. Hingga kini, Muhammadiyah terus berbakti, memberi untuk negeri dengan pemberdayaan ekonomi dan gerakan filantropi yang belakangan gencar dilakukan,” tegasnya. (hil/min)