PADANG PARIAMAN, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Padang Pariaman mengadakan seminar bahaya paham komunisme, radikalisme, dan terorisme terhadap umat dan bangsa, di Aula Kodim 0308 Pariaman, Sabtu (29/7/2017).
Dalam seminar ini menghadirkan narasumber Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumbar Prof H. Saifullah Guru Besar IAIN Imam Bonjol Padang, Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Sumbar Dr Riki Saputra MA dan Dandim 0308 Hermawansyah.
Wakil Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Sumbar Dr Riki Saputra memberikan apresiasi PDPM Padang Pariaman dengan terangkatnya seminar hari ini. “Kita tahu, Radikalisme, terorisme ataupun paham komunisme bukan hanya isu Nasional, tapi sudah menjadi persoalan dunia Internasional.
“Jikalau kita membuka lembaran sejarah Islam di masa klasik, akan ditemukan fakta bahwa radikalisme sebagai suatu gerakan bukanlah fenomena baru dalam dunia Islam modern,” jelasnya
Menurutnya, paham komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19an, namun dalam perkembangan di dunia barat awal abad modern menjadi paham ideologi, bahkan zaman sekarang masih ada beberapa negara yang menganut paham komunisme.
Menurutnya, paham-paham yang menyimpang yang seolah-olah katanya membela Islam sesungguhnya terkait dengan beberapa masalah mendasar, namun semua itu berawal dari pemahaman keagamaan yang dangkal sehingga wawasan keagamaannya pun jadi keliru, dan mudah dimasuki oleh paham-paham menyimpang.
“Tentu setelah pertemuan ini kita berharap ada resep dan strategi yang dapat kita serap untuk menangkal bahaya paham radikalisme, komunisme dan terorisme yang jelas-jelas tidak sesuai dengan kultur Negara kita yang menganut ideologi Pancasila,” tuturnya.
Pemuda Muhammadiyah menolak paham radikalisme, komunisme dan terorisme karena disamping tidak sesuai dengan budaya bangsa kita yang santun, kekerasan itu, memaksakan itu akan menyakiti, melukai hati, bahkan membahayakan secara ideologi berbangsa, dan karena bertentangan dengan nilai-nilai Islam Rahmatallil alamin yang ditanamkan oleh Nabi Muhammad saw.
Dandim 0308 mengatakan selain radikalisme dan terorisme paham yang berbahaya sekarang mengintai masa depan bangsa yakninya laten komunis.
“Media sosial merupakan salah satu cara yang paling ampuh menyebarkan paham-paham yang bertentangan dengan Undang-Undang dan agama, karena melalui Medsoslah banyaknya informasi dan tuliasan yang jika diteliti dan dicermati dapat merubah pola pikir generasi muda karena pada umumnya generasi bangsa kita yang paling dominanan menggunakan internet. makanya paham komunis, teroris dan radikal sengaja menyasar kalangan para pemuda dan remaja,” terang Hermawansyah.
Dandim mengungkapkan, dengan adanya acara seminar dan diskusi nantinya akan dapat mengantisipasi aliran dan ajaran yang menyimpang dari konteks agama dan negara. “Dengan adanya seminar dan dialog yang kita laksanakan hari ini, mudah-mudahan materi yang disampaikan nara sumber dijadikan dapat dijadikan tolak ukur oleh para genarasi muda dalam menangkal dan menyaring informasi di media sosial serta tidak menerimanya secara sepihak dan mampu mengontrol segala bentuk informasi dan tulisan yang dapat merusak cara berpikir generasi muda,” ulasnya.
Ia juga mengatakan terkait penyebaran ajaran komunis saat ini tidak lagi menggunakan cara-cara kekerasan atau frontal namun lebih menggunakan ke cara yang lebih halus. “Sekarang paham komunis di tanamkan dengan cara yang lembut, ia masuk dan berjuang kesemua lini bisa jadi melalui organisasi ataupun pemerintahan inilah yang harus kita waspadai. Namun selagi rakyat dan tan MPRS No. 25 tahun 66 masih sah di indonesia insya allah ajaran komunis tidak boleh ada di Negera kita,”tutup Dandim.
Saifullah menjelaskan paham komunis itu sebetulnya sudah ada dari dulunya namun belum terdeteksi karena belum ada yang bisa diboncengi. “Dari dulunya (paham komunis) memang sudah ada, namun karena di anggap tidak apa-apa lalu masuk dan menyebarlah kesemua lini,” ungkap Profesor.
Ia menyebutkan untuk Sumbar sendiri paham komunis masih sulit untuk dimasuki paham komunis. “Daerah minang ini masih sulit untuk dimasuki paham komunis karena keyakinan keagamaan serta adat dan budayanya masih kuat. jadi paham keagamaan dan adat orang minang tadi menjadi ABS-SBK dan menjadi benteng terkuat bagi kita sehingga yang namanya radikalisme, terorisme dan komunisme bisa dikatakan jarang terjadi di Sumbar,” pungkas Saifullah.
Saifullah mengakui meskipun dengan melemahnya fungsi niniak mamak, namun kontrol sosial masyarakatnya masih tinggi.
“Walaupun peran niniak mamak sudah berkurang namun kepedulian terhadap lingkungan itu masih ada, misalkan dengan paradigma malu bakampuang, malu jo agama dan adaik. Sekurang-kurangnya pemahaman seperti ini masih menjadi benteng bagi masyarakat Minangkabau,” Tegas Guru Besar IAIN Padang ini.
Ketua PD Muhammadiyah Padang Pariaman Fakhri Zaki menyambut baik terselenggaranya acara seminar dan dialog yang diadakan Pemuda Muhammadiyah Padang Pariaman.
“Karena sepengetahuan kita baru Ormas pemuda muhammadiyah yang update dan mampu membaca kondisi terkini, dan kedepan dengan melibatkan semua cabang organisasi sayap Muhammadiyah dan Asiyah kita akan berupaya juga mengadakan acara yang serupa,” sebut Fakhri.
Ia menyebutkan bahwa seminar ini sangat besar dan banyak manfaatnya. “Sebagaimana yang dikatakan Dandim tadi masih banyak anak muda kita yang tidak paham dengan komunisme, terorisme dan radikalisme, ini merupakan PR kita bersama dan Muhammadiyah serta stake holder yang ada akan kita rangkul untuk memahami bahwa kita di bangsa ini sudah dalam kondisi yang membahayakan,” pungkasnya.
Zaki mengatakan salah satu faktor dapat masuknya ajaran yang bertentangan dengan undang-undang dan agama tadi adalah dampak dari persoalan kemiskinan.” Nah di Muhammadiyah sendiri memilki tiga pilar utama yang dapat membentengi kader dan anggotanya dari paham yang merusak agama dan morallitas yakninya pendidikan, kesehatan dan ekonomi merupakan perhatian utama bagi kami tidak bisa satu diantaranya putus,” kata Zaki.
Zaki mengulas bahwa faktor ekonomilah yang banyak memunculkan aliran dan paham yang menyimpang dari norma dan agama.
“Sebagaimana dikatakan dalam agama kita bahwa kemiskinan itu dapat menuju kekufuran. Makanya pendidikan sangat kita perhatikan karena kemiskinan itu ada karena tidak adanya pendidikan, kalau sudah miskin tentunya kesehatan juga terganggu,” pungkasnya.
Zaki beraharap dalam hal ini semua stake holder mampu bersatu dalam mewujudkan tiga pilar di Muhammadiyah tersebut dalam penerapannya dimasyarakat, baik ulama, tokoh adat dan pemerintahan sehingga bangsa indonesia mampu keluar dari persoalan dan kondisi yang sudah kritis seperti saat sekarang. (RI/warman)