SOLO, Suara Muhammadiyah- Rektor Universitas Kalimantan Timur, Prof Dr Bambang Setiadji, memberikan tips penguatan ekonomi rakyat kecil. Di sela perbincangan ringan yang dilakukan pada Jum’at (28/7), Bambang mengungkapkan fakta yang menyesakkan dada. Mengenai perokonomian di negeri mayoritas muslim, dengan berbagai paradox yang menyertainya.
Banyak perusahaan besar di negeri ini dikuasai asing dan minoritas tertentu. “Muslim unggul dalam kuantitas tapi kalah dalam kualitas,” ungkap Mantan Rector Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) periode 2004-2017 ini.
Kemudian kekalahan di bidang ekonomi akan berdampak pada menuculnya permasalahan sosial, fakta tersebut sangat kelihatan pada masa saat ini yang berupa ketimpangan yang mencolok antara semakin banyakanya pemukiman kumuh dan perumahan ‘elite’ di perkotaan. Akhirnya rakyat mengakumulasikannya kepada aksi unjuk rasa dan rasa tidak percaya kepada pemimpinnya, semua itu memiliki pangkal pada ketimpangan ekonomi dan dampaknya pada gejala permasalahan sosial.
Dengan kesadaran demikian, umat Islam harusnya sudah mulai memikirkan dan memberikan solusi terhadap dirinya sendiri. “Manfaatkan hal yang dekat dengan kalian, gadget umpamanya. Dengan kecangihannya, gadget bisa menjadi sebuah benda yang memiliki dampak besar bagi hajat orang banyak, manfaatkan itu sebagai penunjang dan penguat ekonomi kerakyatan,” ungkapnya.
Beliau mencontohkan dengan fenomena tergesernya kebiasaan konvensional yang beralih kepada kebiasaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT). “Kita dulu kalau belanja harus ke pasar. Sekarang, tinggal ‘klik’ apa yang kita butuhkan sudah akan mendatangi kita dengan sendirinya,” imbuhnya.
Fenomena ini harus dilihat dengan jeli. “Fenomena ini menyampaikan pesan bahawasannya, ketika seseorang memiliki keinginan untuk berdagang, mereka tidak lagi memerlukan sebuah lokasi (ruko atau toko dan lain sejenisnya). Cukup di rumah, mereka bisa mengendalikan jual beli barang yang mereka tawarkan,” ungkap pria kelahiran Pacitan 61 tahun lalu ini.
Ia menambahkan, karena apabila rakyat kecil harus membeli tanah atau lokasi untuk penjualan di tempat yang strategis. “Dana yang mereka miliki tidak mencukupi untuk hal itu, dan kebanyakan lokasi demikian rata-rata sudah dimiliki pemodal besar,” tambahnya.
Jika umat Islam mampu memanfaatkan dan bersinergi dengan kemajuan zaman, bukan tidak mungkin pola ekonomi yang terbangun dari rumah-rumah di kampung bisa mengeser kedigdayaan perusahan besar milik asing yang telah lama menguasai ekonomi negeri ini.
Prof Bambang juga menambahkan, cita–cita besar tersebut bisa dicapai manakala umat di negeri ini mempunyai komitmen di dalamnya, dan mulai membentuk karakter sumber daya manusia yang siap bersaing di masa yang akan datang.
Sehingga, tema berkemajuan oleh Muhammadiyah memiliki dampak pada pembenahan ‘mind set’ dalam meciptakan cara atau pola berekonomi yang mampu bersaing dengan keadaan pasar seperti saat ini. (A’an/mg)