JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, mengadakan pameran khusus tentang Ki Bagus Hadikoesoemo selama sebulan penuh. Pembukaan pameran dibuka secara resmi oleh Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Najamudin Ramli.
Ki Bagoes Hadikoesoemo yang lahir di Yogyakarta pada 24 November 1890 merupakan mantan ketua Muhammadiyah dan telah dianugerahi sebagai pahlawan nasional. Salah satu tokoh BPUPKI ini memiliki gagasan cemerlang tentang konsep bangsa. Salah satu jasanya adalah mengkompromikan dan merumuskan sila pertama Pancasila.
“Ki Bagus adalah tokoh yang mendirikan bangsa ini dengan mengajak perwakilan Nasrani, AA Marawis. Kalau ada yang mengerti akar dari sejarah, tidak akan terjadi benturan seperti (saat) ini. Karena berkat Islam, Pancasila itu sendiri ada. Ki Bagus adalah salah satu tokoh yang mencetuskan sila pertama Pancasila,” kata Najamudin dalam sambutannya, Rabu (9/8).
Saat usulan itu disetujui oleh semua pihak. Ki Bagus pun menangis sejadi-jadinya karena Pancasila akhirnya ditegakkan di Indonesia. Perubahan itu, terjadi ketika sehari setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, pada 18 Agustus 1945 paginya, langsung ditemukan banyak protes.
“Dicabutnya tujuh kata pada sila pertama Pancasila itu, menjadi salah satu sumbangsih terbesar umat Islam bagi bangsa Indonesia. Jadi jika ada yang mengatakan umat Muslim intoleran, itu salah besar. Bung Karno pun merupakan salah satu kader Muhammadiyah yang pada saat itu akhirnya menikahi Fatmawati. Ayah Fatmawati (Hasan Din) merupakan Ketua Hizbul Wathan Muhammadiyah,” paparnya.
Najamudin menyebut beberapa tokoh bangsa Muslim lainnya yang berpengaruh bagi bangsa Indonesia. Di antaranya adalah Juanda yang merupakan pencetus Deklarasi Juanda. Tanpa adanya deklarasi itu, wilayah laut-laut Indonesia akan mudah dikuasai oleh bangsa asing. “Siapa Juanda itu? Dia juga merupakan kader Muhammadiyah, mantan kepala sekolah Muhammadiyah, dan pernah menjadi Perdana Menteri di zaman Bung Karno. Itu juga merupakan sumbangsih terbesar juga yang diberikan umat muslim bagi laut Indonesia,” ulasnya.
Najamudin berharap pameran ini bisa dijadikan wahana untuk memahami sejarah perjuangan tokoh-tokoh besar bangsa. Dedikasi mereka kerap dilupakan oleh generasi muda. “Kami harap semua anak-anak datang ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi agar mengetahui sejarah bangsa,” tutur Dirjen Kemendikbud itu.
Ki Bagus pernah menjadi Ketua Majelis Tabligh (1922), Ketua Majelis Tarjih, anggota Komisi MPM Hoofdbestuur Muhammadijah (1926), dan Ketua PP Muhammadiyah (1942-1953). Ia sempat pula aktif mendirikan perkumpulan sandiwara dengan nama Setambul. Selain itu, bersama kawan-kawannya ia mendirikan klub bernama Kauman Voetbal Club (KVC), yang kelak dikenal dengan nama Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PSHW). (Ribas)