Oleh: Bahrus Surur-Iyunk
Saya yang tinggal di Madura dan kebetulan mengelola SMA Muhammadiyah mulai tahun ini masuk jam 06.30 dan pulang 15.15 setelah shalat Ashar. Sedangkan Jumat pulang setelah shalat Jumat dan Sabtu setelah shalat Dzuhur, karena ada ekskul. Awalnya kami mengira, jangan-jangan hanya SMA Muhammadiyah I Sumenep yang memberlakukan jam pembelajaran hingga 9 Jam Pelajaran selama 4 hari, karena ditambah muatan Ismuba sebanyak 12 Jam Pelajaran perminggu.
Ternyata tidak. SMAN 1 juga pulang jam 15.30. Sabtu ekskul, sehingga tetap masuk. Bahkan ada 2 SMAN yang memberlakukan jam pembelajaran yang sama. MAN 1 Sumenep masuk jam 06.30 dan pulang 14.30. Sabtu tetap masuk. Herannya, mereka tidak didemo atau diprotes orang tuanya yang, saya yakin, jelas-jelas NU.
Bahkan, SMA Muhammadiyah I Sumenep masih dipercaya masyarakat Sumenep untuk menitipkan pendidikannya. Padahal, 95 persen siswa kami adalah dari kalangan Nahdiyin. Ada sih yang protes. Tapi protesnya bukan urusan Diniyahnya, tetapi “Mengapa kok tidak Lima Hari Sekolah sekalian, sehingga Sabtu sudah bisa diliburkan.” Dan Alhamdulillah, SMA Muhammadiyah I Sumenep Insya Allah masih menjadi SMA swasta terbesar di Sumenep.
Tidak sedikit yang bersekolah di sini adalah putra-putri tokoh-tokoh NU. Takmir masjid, pengasuh pondok, pemilik madrasah Diniyah, dan sebagainya. Justru tantangan kadang muncul dari dalam sendiri. Kami menganggapnya “evaluasi”. Kita juga mungkin bisa mengintip bagaimana SD Muhammadiyah Bangkalan yang sekarang jadi favorit dan rebutan masyarakat Madura bangkalan yang asli NU itu.
Jadi, jika dipikir-pikir, saya setuju dengan Pak Dayat bahwa justru itu yang akan memberikan keuntungan pada sekolah sekolah Muhammadiyah. Mereka merasa lebih tenang ketika putra-putrinya bisa terjaga shalat dan baca Al-Qur’an nya. Disiplin dan kebiasaan agamanya terbangun dari sekolah. Apalagi mereka melihat dan merasakan perubahan perilakunya di rumah. Alhamdulillah sudah mulai ada laporan dari orang tua siswa baru tentang perubahan ini. Yang begini ini kadang tidak mereka miliki. Dan yang penting dijaga kemudian bukanlah menjalankan semua ini karena ingin manas-manasi NU, tapi hanya ingin menjaga keberlangsungan generasi yang saleh dan saleh, taat dan menjaga agama Allah. In tanshurullaha yansurkum. Nasrun minallah wa fathun Qarib. Amin.