IFLS: Religiusitas Tidak Menjamin Semangat Toleransi dan Keterbukaan

IFLS: Religiusitas Tidak Menjamin Semangat Toleransi dan Keterbukaan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah—Ajaran agama, khususnya Islam, dan religiusitas yang seharusnya mendorong sikap terbuka pada sesama manusia justru malah sebaliknya. Religiusitas telah mendorong individu makin tertutup. Hal ini disebabkan karena religiusitas di kalangan Muslim hanya meningkatkan kepercayaan kepada sesama Muslim, tetapi tidak meningkat kepada pemeluk agama lain. Terdapat kecenderungan di kalangan Muslim berkumpul dengan sesama Muslim. Kecenderungan segregasi atau ‘memisahkan diri kaum Muslimin terhadap pemeluk agama’ ini telah menurunkan semangat dan nilai toleransi. Demikian antara lain hasil kajian dalam Diskusi Terbatas Data Indonesian Family Life Survey (IFLS) seperti yang disampaikan Elan Satriawan di Aula Gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (12/8).

Diskusi Terbatas yang diselenggarakan Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah ini memang sangat strategis. Terutama berkaitan dengan program penyusunan peta dakwah dan penyampaian materi Al-Islam di lingkungan perguruan Muhammadiyah dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Hasil survey IFLS yang menyebutkan bahwa tingkat religiusitas seseorang tidak berhasil mendorong sikap terbuka dan harmoni dengan pemeluk agama lain. Di sini terdapat permasalahan besar yang menjadi tugas lembaga dakwah maupun institusi pendidikan Islam agar meninjau kembali konten dakwah atau kurikulum Al-Islam.

“Survey IFLS bersifat kuantitatif sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan seperti itu. Untuk bisa menjawab mengapa permasalahan seperti itu perlu dilakukan riset kualitatif,” kata Ahmad Muttaqin, anggota Tim Asistensi Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.

Menanggapi pemaparan yang disampaikan Elan Satriawan, Abdul Munir Mulkhan berpendapat bahwa data-data dari IFLS masih bisa berubah. Sebab, dalam pengamatan Guru Besar UIN Sunan Kalijaga ini, sejak tahun 1970-an hingga sekarang telah terjadi peningkatan pengamalan keagamaan yang cukup pesat. Saat ini, katanya, mayoritas Muslimah telah mengenakan jilbab. Pada tahun 1970-an amat jarang Muslimah yang mengenakan kerudung. Di tengah kehidupan masyarakat yang serba terbuka saat ini, tidak hanya peningkatan pengamalan keagamaan saja, tetapi praktik kemaksiatan dan tindak tidak terpuji lainnya juga turut meningkat.

“Dalam pengamatan saya sejak tahun 1970-an, memang ada peningkatan pengamalan keagamaan. Tetapi di tengah masyarakat yang kian terbuka saat ini, praktik kemaksiatan juga meningkat,” komentar Abdul Munir Mulkhan. “Saya berpendapat bahwa pemahaman keagamaan kita saat ini masih terjebak pada legal-formal. Peningkatan pengamalan keagamaan masih sebatas simbolis dan legal formal. Tetapi subtansi dari ajaran Islam yang seharunya membentuk karakter Muslim belum tercapai,” pungkasnya.

Diskusi Terbatas yang diselenggarakan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah berjalan lancar. Hadir sebagai peserta dari berbagai unsur seperti perwakilan dari majelis, lembaga, ortom, media massa, dosen, pakar, dan peneliti.

“Diskusi Terbatas yang diselenggarakan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah kali ini dihadiri oleh perwakilan dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Aisyiyah, Lembaga Cabang dan Ranting PP Muhammadiyah, PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah,” kata Muhammad Sayuti, Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. “Diskusi ini akan bermanfaat untuk pembuatan peta dakwah Muhammadiyah dan penyusunan kurikulum keislaman di lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah.” (Abu Rafif)

Exit mobile version