Anak ‘Suka Mengamuk’

Anak 'Suka Mengamuk'

Assalamu’alaikum wr wb,

Ibu Psikolog, saya sedang bingung dengan anak saya, Ray. Usia Ray sekarang  2 tahun 10 bulan. Ia tipe anak yang mudah marah. Jika punya keinginan harus dituruti saat itu juga, jika tidak dituruti,  dia akan menangis keras, merusakkan barang, dan menyakiti orang lain. Saya sangat malu jika ia menangis dan mengamuk di tempat umum. Apa yang harus saya lakukan Bu? Terimakasih atas sarannya. Wassalamu’alaikum wr wb.

Bunda Ray, Purworejo

Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarakaatuh. Bunda Ray yang dirahmati Allah… tentunya Bunda saat ini merasa sangat bingung ya? Mari kita lihat permasalahan bunda dan ananda bersama-sama.

Berdasarkan tahapan perkembangan anak, di usia Ray yang menjelang 3 tahun ini, egonya sedang mengalami perkembangan.  Ray mulai menyadari tentang dirinya, bahwa dirinya berbeda dengan orang lain, dan ia ingin orang lain mengakui keberadaan dirinya. Oleh karena itu, kita sering merasa anak-anak di usia Ray sebagai anak yang sulit diatur, karena ia ingin menunjukkan dirinya pada orang lain.

Lalu bagaimana caranya mendidik anak agar patuh bahkan disiplin?

Hurlock, ahli Psikologi Perkembangan menyebutkan bahwa dibutuhkan empat syarat untuk membentuk kepatuhan dan kedisiplinan anak, yaitu:

Pertama, adanya aturan yang jelas. Peraturan apa saja yang hendaknya dipatuhi oleh ananda, perlu dirumuskan dengan jelas. Buat peraturan dengan berdiskusi bersama ananda, agar ia merasa bertanggung jawab untuk mematuhinya. Orangtua terkadang tidak memberitahu aturan di dalam keluarga yang harus dipatuhi anak. Sehingga anak tidak mengetahui jika ia bersalah, anak hanya merasa selalu disalahkan, anak pun menjadi bingung. Kedua, konsistensi. Orangtua seharusnya konsisten dalam menegakkan aturan, jika hari ini tidak boleh maka besok pun juga tidak boleh, baik ketika orangtua dalam keadaan lelah maupun tidak. Konsisten juga berarti antara ayah dan bunda harus kompak, begitu pula antara orangtua dengan kakek dan nenek, maupun anggota keluarga yang lainnya. Ketiga, konsekuensi positif yang diberikan apabila anak mampu mematuhi aturan. Konsekuensi positif adalah segala sesuatu yang menguatkan perilaku anak. Konsekuensi positif dapat berupa materi maupun non materi. Namun, konsekuensi non materi seperti pujian dan pelukan lebih efektif dibanding hadiah berupa barang (mainan, makanan, dan lain-lain). Keempat, konsekuensi negatif yang diberikan apabila anak tidak mampu mematuhi aturan. Prinsip konsekuensi negatif adalah hal yang dapat mengurangi kesenangan anak. Misalnya ketika anak tidak mematuhi aturan pada hari itu, maka ia mendapat konsekuensi negatif yaitu tidak boleh bermain game pada hari itu. Bentuk konsekuensi positif dan negatif yang efektif bagi setiap anak berbeda-beda. Oleh karena itu, hendaknya orangtua memilihnya secara cermat.

Demikian Bunda Ray, saran yang dapat saya sampaikan. Semoga Bunda mendapatkan solusi terbaik bagi permasalahan ananda. Wassallamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

——————————————————————————-

Tri Winarsih, SPsi, MPsi, Psikolog
Dosen Prodi Psikologi UNISA Yogyakarta

Exit mobile version