MALANG, Suara Muhammadiyah-Dua belas diplomat asing dari lima benua mengikuti upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia di Heliped Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (17/8). Keikutsertaan ke-12 calon diplomat tersebut lantaran tengah belajar bahasa dan budaya Indonesia melalui program the 12th Promotion to Indonesian Language and Culture for Foreign Diplomats Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia yang memercayakan unit Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) UMM dalam penyelenggaraannya.
Salah seorang diplomat asal Jepang, Shunya Asano menyatakan kegembiraannya usai mengikuti upacara bendera. Diplomat muda berusia 23 tahun ini mengaku upacara bendera di Indonesia menarik. Hal tersebut lantaran terdapat iringan lagu-lagu nasional yang dinyanyikan.
“Bagus, ada lagu-lagu nasionalnya, Merah Putih-nya bagus. Ramai sekali, senang,” ujarnya dalam bahasa Indonesia beraksen Jepang yang kental. Diceritakan Shunya, upacara peringatan hari kemerdekaan di Indonesia berbeda dengan di Jepang. Di Jepang, ada banyak pejabat pemerintah yang hadir.
Diplomat yang akan bekerja di Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia di Jakarta ini mengaku suasana di Malang lebih menyenangkan ketimbang di Ibukota. “Di sini lebih tenang, suasana alamnya menyenangkan, dan udaranya dingin,” kesannya.
Setelah tiga minggu lamanya berada di Malang, Shunya dan sebelas diplomat lainnya telah mempelajari bahasa Indonesia untuk aktivitas sehari-hari. Mereka juga belajar kosakata yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai diplomat. Tak hanya materi di dalam kelas, mereka juga belajar tentang budaya di luar kelas seperti menari dan memainkan alat musik gamelan.
Selain mengikuti upacara, para diplomat ini juga turut memeriahkan berbagai jenis lomba yang diadakan. Shunya menambahkan bahwa dirinya dan Natthakith Thaphanya, diplomat asal Laos, sempat mengikuti lomba mengayuh sepeda air di danau depan Gedung Kuliah Bersama I UMM, Rabu(16/8).
Meski tak mendapat gelar juara apapun, semangat keduanya tetap tampak saat mengayuh sepeda air sekuat tenaga. “Aduh, berat sekali, tapi senang, senang sekali,” ujar Natthakith dengan muka merah dan berkeringat usai mengayuh. (Humas UMM)