Muhammadiyah adalah gerakan Islam pencerahan yang mengusung visi moderat di tengah dinamika sosial-budaya lintas bangsa dan negara. Dengan etos dan spirit Islam kosmopolitan, Muhammadiyah hadir di berbagai negara dengan menghadapi ragam latarbelakang etnis, budaya, dan agama. Kehadiran Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di luar negeri adalah salah satu indikasi dari internasionalisasi Muhammadiyah.
Hingga kini, merujuk pada data terbaru Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sebanyak 23 PCIM tersebar di seluruh penjuru dunia, di benua Eropa (PCIM Belanda, Inggris, Turki, Prancis, Jerman), Afrika (PCIM Khortum/Sudan, Lybia, Tunisia, Kairo/Mesir), Amerika (PCIM Amerika Serikat), Australia (PCIM Australia), dan Asia (PCIM Kerajaan Arab Saudi, Iran, Iraq, Jepang, Korea Selatan, Kuala Lumpur, Tiongkok, Rusia, Taiwan, Pakistan, Singapura, Thailand).
Selain kehadiran PCIM di luar negeri, telah bermunculan gerakan-gerakan yang visi keislamannya serupa dengan Muhammadiyah di beberapa negara. Selain sevisi dengan Muhammadiyah, gerakan-gerakan tersebut juga menggunakan pola dan strategi serupa, sekalipun menggunakan nama atau simbol-simbol organisasi yang berbeda. Maka dikenallah dengan istilah sister organization (SO), “organisasi saudara,” yaitu organisasi atau gerakan yang menggunakan pola dan strategi dakwah serupa dengan Muhammadiyah. Mereka juga mengusung visi keislaman moderat dengan spirit gerakan yang sama dengan Muhammadiyah. Di Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Timor Leste telah teridentifikasi kemunculan gerakan-gerakan tersebut.
Secara kuantitatif, kehadiran PCIM dan SO di seluruh penjuru dunia dapat menjadi indikasi sekaligus tolak ukur keberhasilan program internasionalisasi Muhammadiyah. Namun, secara kualitatif, keberhasilan tersebut masih samar atau malah belum diketahui secara pasti karena selama ini informasi tentang dinamika kegiatan PCIM dan SO masih sangat minim.
Untuk mengukur keberhasilan program internasionalisasi Muhammadiyah memang masih dibutuhkan analisis dan kajian mendalam terhadap kegiatan-kegiatan PCIM dan SO dalam radius terdekat, yakni di kawasan Asia Tenggara. Sebelum sampai pada tahap analisis dan kajian mendalam terhadap kualitas program-program PCIM dan SO, maka dibutuhkan data-data dari lapangan untuk dipublikasikan sehingga masyarakat akan mengetahui apa dan bagaimana kualitas program-program relasi dan jejaring Muhammadiyah tersebut di kawasan yang meliputi negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Myanmar, Laos, dan Timor Leste. Apakah etos dan spirit Islam kosmopolitan ala Muhammadiyah mampu mewarnai dinamika PCIM-PCIM dan SO di kawasan Asia Tenggara atau justru sebaliknya? Dengan tolak ukur ini, maka dalam radius yang lebih luas (global), program internasionalisasi Muhammadiyah sebenarnya akan menemukan relevansinya. (Abu Aksa)
Dapatkan ulasan lengkap tentang Geliat Muhammadiyah ASEAN di Majalah Suara Muhammadiyah edisi cetak, No. 16, Edisi 15-30 Agustus 2017