YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Di hari ulang tahun ke-72 Republik Indonesia, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak segenap bangsa Indonesia untuk mengembangkan kerja-kerja produktif membangun bangsa. Hal itu dianggap penting di tengah suasana seremonial yang mengharu-biru memperingati HUT RI ke-72 di seluruh pelosok Indonesia. Energi seremonial ini diharapkan tidak berhenti di situ, tetapi mampu menggerakkan bangsa Indonesia untuk mencapai kemajuan bersama.
“Muhammadiyah insya Allah tidak akan terlalu terbawa oleh suasana kehidupan seremonial yang berlebihan, gembira boleh karena kita ini ulang tahun, tapi kita harus menghabiskan energi kita hanya untuk kerja-kerja produktif. Selamat ulang tahun Indonesia,” kata Haedar Nashir.
Selama 72 tahun perjalanan bangsa, Haedar menilai ada banyak hal yang perlu diperbaiki dari tubuh bangsa Indonesia. “Jujur kita ini sekarang mengalami erosi, mengalami distorsi bahkan mengalami deviasi dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Haedar.
Haedar mencontohkan sistem politik yang liberal sering kali diperparah dengan penetapan regulasi atau peraturan yang salah langkah dengan mengabaikan prinsip demokrasi dan hukum. Dalam bidang ekonomi, kata Haedar, Indonesia sebagai negara kaya raya dengan sumber daya alam yang melimpah ruah pernah mengusung misi ekonomi kerakyatan, namun ini kemudian kalah dengan ekonomi kapitalis yang mendominasi kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan sosial budaya, ungkap Haedar, secara keseluruhan masyarakat dan elit bangsa ini selalu menunjukan kepribadian Indonesia dengan berbagai slogan. Bahkan pemerintah dengan nawacitanya, menurutnya, juga sangat berkeinginan untuk membangun karakter Indonesia.
“Namun dalam praktik kehidupan kita saat ini budaya sekular-liberal menjadi sangat dominan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa, lebih dari itu dengan media sosial kita menjadi bangsa yang cenderung membolehkan ujaran apa saja tanpa bingkai keadaban, tata krama, sopan santun dan akhlak mulia,” ujarnya.
Menyikapi hal itu, Muhammadiyah mengajak seluruh warga bangsa dan elit negeri untuk merekonstruksi nilai-nilai kebangsaan yang diletakan oleh para pendiri bangsa. Agar bangsa ini jelas arahnya, terutama dalam bidang politik, ekonomi dan budaya.
Dalam kehidupan berbangsa, Haedar menyarankan supaya penanaman nilai-nilai kebangsaan tersebut dilakukan dengan perencanaan yang matang, berjangka panjang dan masuk dalam proses pendidikan yang mencerdaskan secara berkesinambungan.
“Jadi kalau sekarang ada UKP-PIP (Unit Kerja Presiden Pembinaan Idelogi Pancasila), maka unit ini harus betul-betul menanamkan nilai pancasila yang pas, tidak instan dan tidak indoktrinatif sehingga Pancasila betul-betul dihayati secara luas, mendalam dan aktual,” ungkap Haedar. (Ribas/PP Muh)