KLATEN, Suara Muhammadiyah– Indonesia yang telah dijajah oleh bangsa Belanda selama 3,5 abad dan bangsa Jepang 3,5 tahun yang akhirnya bisa merdeka yang dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 bukan hadiah dari para penjajah melainkan atas berkat Rahmat Allah dan hasil perjuangan bangsa Indonesia yang dipimpin oleh para ulama. Ulama Muhammadiyah dan NU ikut andil dalam perjuangan mengusir penjajah dan membentuk NKRI.
Demikian antara lain dikatakan Kapolsek Bayat, Klaten AKP Suyono di hadapan warga Muhammadiyah Kabupaten Klaten dalam acara kajian Tarjih PDM yang digelar di lapangan Talang, Bayat, Klaten, Jum’at (11/8)
Lebih lanjut, AKP Suyono mengatakan, bahwa untuk mengisi kemerdekan yang sudah mencapai usia 72 tahun ini, diharapkan adanya persatuan dan kesatuan antar umat beragama dan rakyat Indonesiaa dari berbagai lapisan masyarakat dalam mempertahankan dan memperkokoh NKRI. Kebhinnekaan yang senantiasa didengungkan jangan hanya menjadi ucapan saja melainkan perlu implementasi. Bagaimana merawat NKRI agar tidak kembali dijajah oleh bangsa lain. Pancasila yang menjadi falsafah negara kita jangan hanya dihafalkan saja, melainkan juga menjadi fondasi yang kokoh untuk mempertahankan NKRI, meski saat ini kita sedang diuji dengan berbagai ujian. Ujian yang kita hadapi saat ini adalah penjajahan dalam bentuk perekonomian.
“Sadar atau tidak ekonomi kerakyatan kita sudah tidak mampu menandingi ekonomi yang dibangun oleh komiunitas lain. Tak kalah bahayanya, bahwa umat Islam saat ini sedang menghadapi masalah yang besar dan serius yakni diadu domba, dipecah belah. Padahal kita dalam satu aqisah Islam. Oleh karena itu, saya minta kepada warga Muhammadiyah untuk menjaga persatuan dan kesatuan sesama umat Islam, jangan sampai kita mau dan mudah diprovokasi, dipecah belah, agar NKRI tetap tegak, dan jaya,” pintanya
Sementara itu Kajian tarjih PDM Klaten menampilkan dua nara sumber yakni H.Shalahudin Sirizar, Lc,MA dengan materi “Menjadi Muslim Kaffah” dan sesepuh PDM Klaten Drs H Subiyanto dengan materi “Pasca Romadlon”.
Dalam penjelasannya tentang muslim kaffah, H Shalahudin menukil QS Al Baqarah ayat 208 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turutkan langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. Perintah masuklah ke dalam Islam menunjukkan kewajiban sebagaimana telah disebutkan kaidah ushuliyah. As-silmu di dalam riwayat yang terdapat di dalam kitab tafsir Al-Qur’an Ibnu Katsir ada dua makna yaitu: islam dan taat. Dan kaffah dalam tafsirnya juga dimaknai semua.
“Adapun yang menjadi penghalang bagi orang yang beriman untuk menjalankan Islam yang kaffah Oleh karena itu kita diperintah oleh Allah untuk tidak mengikuti langkah syetan, sebab meraka adalah musuh yang nyata,” ujarnya. (Paimin JS)