SURABAYA, Suara Muhammadiyah- Dalam rangka usaha pemberdayaan warga terdampak eks lokalisasi di Tambak Asri, Kecamatan Krembangan, dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya turut serta dalam pemberdayaan warga terdampak eks lokalisasi dengan membantu usaha binatu (semacam laundy) warga yang masih bertahan hingga saat ini.
Adapun pendampingan yang dilakukan oleh beberapa dosen di antaranya Mahsun Jayadi, Radius Setiyawan, Junaidi Fery dan Arin Setyowati serta mahasiswanya yakni Winda Milawati dan Anis Aifatul Rosidah ini yaitu mulai dari mendampingi penataan keuangan hingga inovasi detergen yang digunakan. Untuk binatu yang diberdayakan, pihaknya memilih rumah usaha binatu warga terdampak eks lokalisasi, Ririn Sulastri.
Salah satu dosen, Arin Setyowati mengatakan bahwa dipilihnya binatu milik Ririn tersebut adalah karena binatu tersebut merupakan binatu yang masih bertahan sejak diberikannya bantuan pada 2013 lalu. Kendati demikian, sarana dan prasarana yang dimiliki binatu tersebut mulai terbatas dengan terdapatnya satu mesin cuci yang sudah tidak bisa digunakan lagi. Akibatnya, Ririn dan satu karyawannya mencuci secara manual dengan tangan sebelum dikeringkan pada mesin cuci.
Terkait pemberdayaan, pihak UM Surabaya memberikan edukasi manajemen keuangan, memberikan bantuan promosi konvensional melalui pemasangan banner, serta memberikan satu alat mesin cuci yang baru. Tak hanya itu, pihaknya juga mengenalkan sabun cuci inovasi mahasiswa yang lebih ramah lingkungan.
Sabun cuci yang diperkenalkan merupakan inovasi karya Winda dan Anis yang terpilih menjadi bagian dalam pengabdian UM Surabaya pada masyarakat ini.
Disampaikan Winda bahwa penggunaan sabun cuci ramah lingkungan tersebut dibuatnya dengan bahan klerek. Menurutnya, kandungan dalam klerek tersebut dapat dengan mudah membersihkan noda pada kain dengan tetap menjaga kualitas kain. “Selain itu kalau pakai klerek tidak akan menghasilkan kerak pada mesin cuci,” tuturnya, Rabu (23/8).
Winda menambahkan, pihaknya menyanggupi memasok sabun tersebut jika Ririn mau meningkatkan kualitas cuciannya. Pasalnya, untuk 1,5 liter sabun dihargai Rp 20ribu, sedangkan detergen kimia biasa hanya Rp 9 ribu.
“Konsepnya ada harga ada kualitas. Selama bahan baku mudah didapatkan, kami bisa membantu untuk pasokannya,” imbuhnya.
Sementara itu, Arin Setyowati mengatakan bahwa pemberian edukasi manajemen keuangan dimaksudkan agar usaha binatu yang dikelola Ririn tersebut nantinya akan lebih teratur dan terkelola dengan baik.
“Dari sisi ekonomi, ini lebih susah karena mereka belum menertibkan pembiayaan di usaha ini. Makanya kami atur ulang untuk pembiayaannya agar dipisah dari biaya hidup, tabungan, dan modal. Pelatihan keuangan ini sudah bisa diterapkan dengan baik oleh mereka. Tinggal bagaimana cara menyimpan tabungan dengan lebih ketat,” tandasnya (Sulvi/ Yusri).
Baca :
Semarak Milad ke 33, UM Surabaya Libatkan Difabel Hias Bantaran Sungai
Gubernur Jateng: Saya Tantang Muhammadiyah 10 Tahun Pindahkan Prostitusi Sunan Kuning