YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Perkembangan film saat ini sudah menjadi konsumsi bagi semua kalangan. Hal tersebut tidak terlepas dari orang -orang hebat di belakangnya serta tim yang solid dalam mengemas sebuah film. Untuk itu American corner Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyelenggarakan seminar bertajuk “Behind The Scene Of Film Making “Weiner” An American Docomentary That Won The Grand Jury Prize At Sundance.” Pada Senin (8/28) di Ampitheater Gedung K.H. Ibrahim lantai 5 UMY. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menjadi sarana dalam menambah pemahaman serta berbagi pengalaman tentang festival film, yang saat ini menjadi sorotan film makers pada berbagai genre film khususnya di ranah Internasional. Selain itu, para peserta juga diajak untuk tidak hanya menonton film saja akan tetapi harus berfikir kritis terhadap film tersebut.
Hussain Currimbhoy selaku programmer dari festival film internasional Sundance, yang juga sebagai narasumber pada seminar tersebut menyampaiakan tentang bagaimana pengalamannya menjadi seorang programmer festival film Sundance selama 14 tahun. Hussain menyampaikan berbagai jenis film yang pernah masuk ke festival film Sundance dari mulai genre documenter sampai film bergenre horror. Beberapa film diantaranya The Face of Protest, The Maid, serta beberapa film dari indonesia. “Film yang masuk Sundance bisa bergenre film apa saja, selama para filmmakers mengkuti aturan yang telah ditentukan oleh pihak Sundance. Dalam perfilman ada unsur yang harus diperhatikan baik itu dari alur cerita dan teknik pengambilan gambar. Akan tetapi yang menjadi faktor penting pada sebuah film adalah yang memiliki pesan moral dan bisa mengedukasi serta menyentuh hati para penonton. Saya yakin suatu film memiliki filosofi tersendiri, maka seorang sutradara harus bisa lebih liar dalam memahami kondisi sosial maupun budaya sehingga bisa dikemas menjadi suatu film dan bisa diterima oleh masyarakat,” papar Hussain.
Hussain menambahkan bahwa Sundance merupakan suatu wadah untuk para filmmaker dunia yang ingin menunjukan karyanya ke publik. Semua film masuk ke Sundance akan didukung sepenuhnya baik dari mulai promo sampai launching. “Adapun klasifikasi film untuk bisa masuk ke Sundance yaitu dilihat dari beberapa faktor seperti relevansi global, orisinil, artistik yang sesuai, serta potensi keterlibatan sosial. Untuk itu anda harus yakin dan mengikuti apa yang menjadi jati diri serta passion anda. Karena jika anda komitmen terhadap suatu passion maka anda akan selalu menang (Follow your pasion because pasion always win). Kemudian setelah itu anda harus bisa show up dan percaya diri untuk bisa menunjukan karya film anda,” ujar Hussain.
Puthut Ardianto selaku Direktur American Corner UMY juga menuturkan, kegiatan seminar yang bertemakan film ini merupakan ketiga kalinya diselenggarakan oleh amcor UMY. Tahun ini mengusung tema Behind the Secene of Film, karena hal tersbeut belum begitu familiar untuk mahasiswa kecuali mereka yang bergerak pada bidangnya. “Amcor yang berada di bawah naungan kedutaan besar Amerika mempunyai keinginan untuk bisa menggerakan perfilman agar bisa mengedukasi mahasiswa, terutama terhadap pemahaman suatu budaya. Maka setelah adanya acara ini diharapkan mahasiswa bisa termotivasi untuk membuat sebuah karya film, karena pada dasarnya making movie is great thing. Selain itu juga kegiatan ini akan rutin dilaksanakan setiap tahunnya serta mengundang para produser maupun aktor untuk menjadi narasumber dan acara ini juga sebagai ajang perkenalan American Corner terhadap mahasiswa baru,” tutup Puthut. (Sumali)