RIAU, Suara Muhammadiyah- Bertempat di kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Riau, Ahad (27/8), SR TB HIV Care ‘Aisyiyah mengadakan kegiatan konsolidasi internal organisasi lintas sektor diikuti oleh para petinggi ortom pimpinan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah tingkat wilayah dan daerah. Selain dihadiri oleh para pimpinan organisasi, turut hadir dalam kegiatan tersebut kepala dinas kesehatan kota Pekanbaru Drg Helda Suryani Munir, MKes.
Dalam pertemuan tersebut, kepala dinas kesehatan kota Pekanbaru memaparkan konidisi terbaru terkait hasil capaian kasus TB dan HIV yang ada di kota Pekanbaru. “Kasus penyakit TB di kota Pekanbaru ini sangat tinggi sekali, dan perlu dikendalikan serta digarap secara serius karena ini merupakan penyakit yang menular dan sangat rentan penularan nya,” terangnya. Dari hasil data yang ada, kasus TB HIV di kota Pekanbaru sangat tinggi dikarenakan kota Pekanbaru merupakan pusat ibukota provinsi Riau, sehingga mobilisasi penduduk dari dan ke luar Pekanbaru sangat tinggi. “Kita perlu melakukan pengendalian penyakit tersebut supaya tidak semakin meluas,” imbuhnya.
Kepala dinas kesehatan kota Pekanbaru pun berharap sangat besar kepada persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah untuk dapat berkeja sama dan bermitra dengan dinas kesehatan untuk terlibat langsung dalam pemberantasan penyakit TB ini.
Naning selaku koordinator program SR TB Care ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa upaya tersebut merupakan bentuk jihad sosial warga persyarikatan Muhammadiyah untuk dapat berperan aktif dan terlibat dalam pencarian kasus TB di provinsi Riau. “Muhammadiyah merupakan organisasi keagamaan terbesar yang ada di Riau, sehingga akan sangat efektif jika seluruh kader mulai dari tingkat ranting hingga wilayah secara berjamaah melakukan jihad sosial ini,” katanya.
Senada dengan Naning, Heri Setyawan selaku Tim Advokasi project TB Care Aisyiyah Riau juga memaparkan beberapa kendala yang di hadapi di lapangan dalam upaya mengangkat performa capaian kasus TB di provinsi Riau. Antara lain yakni sangat jauhnya lokasi pasien dengan puskesmas tempat pemeriksaan. Selain itu masih terdapat beberapa pihak puskesmas yang menolak pasien untuk melakukan pemeriksaan TB. “Hal tersebut menjadi kendala yang sering dialami oleh teman-teman di lapangan,” terangnya.
“Perlu adanya sinergi antara dinas kesehatan dengan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dalam hal pemberantasan penyakit TB ini, harapan kami kedepan mohon untuk dapat di upayakan oleh dinas kesehatan melalui kebijakan nya untuk dapat melayani seluruh pasien yang di bawa oleh para kader muhammadiyah dan ‘Aisiyiyah, karena sering kali terjadi di lapangan para kader dengan susah payah melakukan pengumpulan dahak pada pasien terduga TB, namun saat tiba di puskesmas justru di tolak dan tidak di layani dengan berbagai alasan yang ada,” lanjut Heri.
Selain mengadakan acara konsolidasi internal organisasi dalam waktu yang bersamaan SR TB HIV Care ‘Aisyiyah mengadakan kegiatan Capacity Building, kegiatan tersebut di ikuti oleh seluruh daerah yang terdapat program TB HIV ‘Aisyiyah di Riau.
Alfia Selaku M&E mengatakan bahwa kegiatan Capacity Building ini sangat bermanfaat untuk dapat berbagi informasi dan atur strategi di lapangan antara satu daerah dengan daerah yang lain.
“Dalam kegiatan ini kami juga bekerja sama dengan Tim Muhammadiyah Againt TB In Children (MATIC) untuk sharing dan berbagi pengalaman dalam upaya peningkatan dan strategi di lapangan supaya capaian penyembuhan pasien dapat berhasil maksimal,” tutur Alfia.
Senada dengan Alfia, Noval mewakili Tim MATIC menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat perlu dan diharapkan dapat dilaksanakan secara rutin. Pengalaman di program MATIC, untuk mendapatkan capaian target yang banyak, perlu melakukan pendekatan pada masyarakat dan perlu adanya pendampingan berkala, tim harus selalu berada di lapangan untuk dapat melakukan analisa sosial di masyarakat.
“Sehingga kita dapat mengetahui apa yang di rasakan dan apa yang diperlukan oleh masyarakat, advokasi dan edukasi pada masyarakat mengenai penyakit ini perlu disampaikan, karena masih banyak stigma yang ada di masyarakat menyebutkan bahwa TBC merupakan penyakit kutukan dan penyakit yang tidak dapat di sembuhkan. Semoga kedepan aksi Jihad sosial masyarakat yang di lakukan oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dapat dirasakan hasilnya di masyarakat Riau secara luas,” tandasnya. (Tim Advokasi SR TB HIV Care ‘Aisyiyah Riau)