MALANG, Suara Muhammadiyah-Sekretaris Kabinet Republik Indonesia, Dr Ir Pramono Anung MM mengaku terharu saat menyaksikan seorang dirigen wanita berjilbab, dengan pakaian adat Dayak memimpin lagu kebangsaan Indonesia Raya pada gelaran Wisuda ke-85 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di UMM Dome, Sabtu (26/8). “Kalau mau melihat Indonesia, lihatlah UMM,” kata Pramono Anung dalam orasi ilmiahnya.
Bagi Pramono, apa yang ditampilkan UMM ini merupakan bagian dari revolusi mental yang diwujudkan secara simbolik. Kombinasi simbol wanita berjilbab, pakaian adat, dan lagu kebangsaan adalah tampilan pendidikan karakter dalam masyarakat Indonesia yang plural. “Saya sungguh terharu melihat dirigen tadi. Simbol pendidikan karakter ini sejalan dengan tujuan pemerintah,” paparnya.
Paralel dengan hal itu, Pramono mengatakan, kini sektor pembangunan bangsa tak lagi terpusat di Jawa, tak lagi Jawasentris, melainkan menyeluruh menjadi Indonesiasentris. “Untuk itu, pemuda dituntut kreatif, inovatif, dan menjadi generasi yang optimis,” papar Doktor lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran ini di hadapan 1.745 wisudawan.
Momen wisuda ini sekaligus kedatangan ketiga Pramono Anung di UMM. Menurutnya, civitas akademika mesti bangga dengan dua tokoh bangsa, yakni Dewan Pertimbangan Presiden Abdul Malik Fadjar dan Mendikbud Muhadjir Effendy, masing-masing merupakan ketua dan wakil ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM yang juga hadir pada wisuda kali ini. “UMM harus bangga. Tidak semua kampus punya tokoh menteri sekaligus Dewan Pertimbangan Presiden dan menjadi pengurus di universitas yang sama,” ujar Pramono.
Selain Pramono Anung, wisuda kali menjadi lebih spesial karena turut dihadiri 12 diplomat asing dari Afrika Selatan, Fiji, Iran, Jepang, Kamboja, Kazakhstan, Kolumbia, Laos, Papua Nugini, Spanyol, Sri Lanka, dan Zimbabwe. Kehadiran mereka di UMM merupakan bagian dari program the 12th Promotion to Indonesian Language and Culture for Foreign Diplomats Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI yang diamanahkan pada unit Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) UMM.
Pada momen ini, Rektor UMM sekaligus mengucapkan selamat atas rangkain prestasi mahasiswanya yang kian gemilang. Di antara lulusan UMM yang dikukuhkan sebagai wisudawan, disebut Rektor, terdapat Nabila Firdausiyah, inisiator Kampung Wisata Jodipan (KWJ) yang menjadi lulusan terbaik di fakultasnya, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dan Ikhlal Aldhi Wijaya, salah satu tim robot yang menjadi juara dunia pada kontes robot internasional di Amerika Serikat (AS) yang menjadi lulusan terbaik di prodinya, yaitu Teknik Elektro. Berkat prestasi itu, UMM diundang oleh Presiden Joko Widodo untuk pada Festival Prestasi Indonesia 2017 untuk menerima Apresiasi Ikon Prestasi Indonesia.
Pada gelaran ini, diumumkan pula wisudawan terbaik universitas, di jenjang diploma, sarjana, dan pascasarjana. Wisudawan terbaik program diploma diraih Dewi Purnama Aristia dari prodi D3 Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dengan total IPK 3,86. Wisudawan terbaik program sarjana diraih Dwi Prasetiyo dari Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) dan Syariah Isnaini dari Fakultas Agama Islam (FAI), keduanya meraih IPK 3,97. Sementara wisudawan terbaik program pascasarjana diraih oleh Haron Sa-Lae dari program Magister Sosiologi dengan raihan IPK 3,81.
Di akhir orasi ilmiahnya, Pramono Anung tak lupa menginspirasi dan memotivasi wisudawan agar meraih prestasi, bermimpi besar, dan tak kehilangan fighting spirit untuk meraihnya. “Sebagai fresh graduate, wisudawan bisa memilih menjadi PNS, pegawai swasta, atau entrepreneur. Tapi, yang paling penting ialah spirit memanfaatkan kesempatan di era millennium ini sangat tak terbatas,” tuturnya.
Pramono menjelaskan, bisnis start up Indonesia diakui dunia sebagai yang terbaik. “Saudara punya kesempatan itu. Sebagai pemuda, kreativitas jadi hal utama. Orang yang tak punya mimpi, makaia kehilangan fighting spirit. Sekarang, terwujud atau tidaknya mimpi tergantung pada kalian. Doa orang tua dan kerja keras adalah yang utama. Cara berpikir zaman saya dan saudara sudah jauh berbeda, jadi cara berpikir saudara tak boleh terbelenggu aturan dogmatis. Bermimpilah jadi apa saja,” tandas Pramono menyemangati mahasiswa. (Humas UMM)