JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengharapkan para guru sejarah untuk terus meningkatkan kemampuan mengajarnya sesuai dengan kebutuhan zaman. Seorang guru sejarah harus memiliki beragam metodologi agar para siswa tidak merasa bosan saat mengikuti pelajarannya.
Menurutnya, guru sejarah bukan sekadar memberikan apa yang terjadi pada masa lalu, tetapi juga bisa mampu membangkitkan kecintaan terhadap tanah air, nasionalisme, dan rasa bela negara. Hal itu dikatakan Muhadjir dalam Ceramah Umum Kesejarahan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Senin 28 Agustus 2017.
Muhadjir mengatakan, guru sejarah jangan berperan sebagai pendongeng. Guru sejarah harus mampu mengajak siswa untuk mengimplementasikan nilai-nilai sejarah dalam sebuah perilaku keseharian dengan mudah.
“Guru saat mengajar jangan monoton dengan satu jalur berkisah. Guru sejarah pada dasarnya bukan guru yang mendongeng. Tapi menciptakan suasana bagaimana anak-anak itu bisa menghayati sejarah. Sehingga bisa memerankannya pada masa kini. Peserta didik harus mengerti dan paham perjalanan sebuah bangsa, dari sejarah itu,” ujar Muhadjir.
Menurut Muhadjir, pelajaran sejarah harus mencerahkan dan menggembirakan bagi anak didik. Materi pelajaran sejarah yang ada saat ini juga perlu diperbaharui, sehingga mampu membangun etos dan semangat.
“Misalnya, dalam sejarah pangeran Diponegoro, perbanyak materi sisi kemenangan perlawanannya. Yang ada sekarang lebih banyak soal Diponegoro ditangkap VOC. Kesannya, perjuangan Diponegoro itu mudah dikalahkan, padahal banyak meraih kemenangan,” katanya.
“Saya selalu ingin mengembalikan bahwa sejarah itu punya makna. Aspek aksiologisnya, untuk apa belajar sejarah, itu yang lebih ditekankan. Bukan hanya faktanya, tapi pemanfaatan sejarah sebagai metode dan konten untuk menanamkan semangat perjuangan,” ungkap Muhadjir. Dengan demikian, pembelajaran sejarah membawa dampak lebih besar. Pada akhirnya, pembelajaran semacam ini akan membangun karakter peserta didik. (Ribas)