JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Memasuki usia 102 tahun, Majalah Suara Muhammadiyah (SM) mendapat apresiasi dan penghargaan dari Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat. Usia Majalah SM sudah sangat matang. Sangat jarang media massa yang mampu bertahan terbit selama lebih dari 1 abad. Atas dasar inilah, SPS Pusat menganugrahkan kepada Majalah SM sebagai “Salah Satu Majalah Tertua di Indonesia.” Demikian seperti yang disampaikan Direktur Eksekutif Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat Asmono Wikan setelah penyerahan Piagam Penghargaan SPS kepada Pemimpin Perusahaan Suara Muhammadiyah Deni Asy’ari di kantor SPS Pusat, Senin (11/9).
Majalah SM adalah salah satu amal usaha Muhammadiyah yang dirintis oleh KH Ahmad Dahlan dan masih tetap eksis hingga kini. Terbit pertama kali pada tahun 1915 menggunakan bahasa dan huruf Jawa, SM telah melewati dinamika perubahan sosial dan politik di tanah air terhitung sejak masa kolonial Belanda hingga memasuki masa Kemerdekaan dan Reformasi. Kini, Majalah SM adalah bacaan utama bagi seluruh warga Muhammadiyah.
“Berdasarkan sumber data sejarah yang kita miliki, Majalah SM terbit pertama kali pada tahun 1915. Ini berarti bahwa SM lebih tua dari Republik ini. Media-media lain yang terbit sezaman dengan SM semuanya sudah tinggal nama, tapi majalah ini makin bersinar dan insya Allah akan meluaskan jaringan distribusi ke kawasan Asia Tenggara,” kata Deni Asy’ari setelah menerima Piagam Penghargaan SPS Pusat.
Menurut Deni, salah satu kekuatan manajemen perusahaan SM terletak pada ghirah dan soliditas para pimpinan dan karyawan yang tidak hanya bekerja secara profesional, tetapi mereka bekerja dilandasi pada keyakinan bahwa hasil kerja yang maksimal akan membuahkan amal jariyah yang akan dinikmati kelak di akhirat. Dengan segmen pembaca warga Muhammadiyah dan masyarakat umum, posisi Majalah SM sangat vital sebagai bahan bacaan dan rujukan pokok di Muhammadiyah. Begitu vital peran dan posisi Majalah SM di Muhammadiyah, Deni mengibaratkan, “Jika Rasulullah Saw meninggalkan Al-Quran dan As-Sunnah kepada umat Islam, maka KH Ahmad Dahlan meninggalkan Suara Muhammadiyah kepada warga Muhammadiyah.”
Asmono Wikan memberikan apresiasi atas capaian prestasi jajaran manajemen perusahaan Majalah Suara Muhammadiyah yang sudah mampu bertahan lebih dari 1 abad. “Selamat kepada Majalah Suara Muhammadiyah yang sudah mencapai usia yang sangat matang, 102 tahun. Tentunya ini bukanlah hal yang mudah. Jarang sekali di dunia ini ada sebuah media massa milik umat, khususnya warga Muhammadiyah, yang secara rutin menerbitkan pemberitaan, melalui konten yang mencerahkan, inspiratif, solutif, dan konstruktif serta memberikan kedalaman makna bagi para pembacanya,” tutur Asmono.
Berdasarkan sumber data Pusdalitbang SM, tahun pertama penerbitan majalah rintisan KH Ahmad Dahlan ini tercatat 1915. Terbit pertama kali di Yogyakarta sebagai majalah bulanan. Sejak tahun 1915-1941, Majalah SM tetap konsisten terbit sebagai majalah bulanan. Sampai tahun 1942, Majalah SM tetap terbit sekalipun berdurasi 6 bulan sekali. Setelah masa penjajahan Jepang lewat, Majalah SM kembali terbit sebagai majalah bulanan. Pada tahun 1950-an, Majalah SM di bawah kepemimpinan HM Yunus Anis mampu terbit sebagai majalah mingguan. Ketika masa kepemimpinan Prof KH Farif Ma’ruf, Majalah SM mengalami perubahan manajemen dan tampilan (gaya baru) dengan memulai proses penerbitan dwi mingguan secara profesional hingga kini.
Penghargaan SPS Pusat kepada Majalah SM sebagai “Salah Satu Majalah Tertua di Indonesia” turut melengkapi penghargaan tahun sebelumnya oleh Musium Rekor Indonesia (MURI) yang menempatkan majalah ini sebagai “Majalah Islam Yang Terbit Berkesinambungan Terlama.” (Red)