YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meletakkan batu pertama pembangunan masjid KH Sudjak di RS PKU Muhammaidyah Gamping, Kamis (21/9). Masjid yang rencananya akan dibangun dua lantai tersebut menempati lahan sebesar 2875 m2. Biaya yang akan dihabiskan diperkirakan mencapai 15 miliar rupiah. Masjid tersebut diharapkan mampu menjadi masjid yang representatif bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
Dalam kesempatan yang juga bertepatan dengan momentum tahun baru Hijriyah tersebut, Haedar berpesan bahwa ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa Hijrah Rasulullah saw. Selain hal yang nilainya lahiriah, namun juga secara ruhani.
“Yaitu bahwa hijrah mengandung makna tahrij dari keadaan jahiliyah dan gelap gulita kepada cahaya,” terangnya.
Kondisi bangsa Arab yang jahiliyah pada saat itu menurut Haedar bukan karena mereka tidak mampu membaca dan menulis, namun karena kaum jahiliyah pada saat itu menuhankan berhala yang mereka buat sendiri. Dilihat dalam konteks saat ini, berhala bukan lagi seperti apa yang disembah pada zaman jahiliyah tersebut, melainkan berhala yang berwujud hawa nafsu.
“Termasuk dalam beribadah yang di luar takaran, kemestian dan tuntunan ajaran agama yang telah ditentukan. Seperti yang mengarah ke syirik, bid’ah atau secara fisik membahayakan diri sendiri dan orang lain yang bersumber dari hawa nafsu berlebihan. Maka dalam prosesi haji juga hijrah ini yang penting juga adalah membunuh hawa nafsu,” tukas Haedar.
Hal lain yang ditemukan dalam konteks masyarakat jahiliyah menurut Haedar yaitu bahwa kecenderungan mereka untuk merendahkan manusia termasuk perempuan. Perempuan pada saat itu bisa dikatakan dianggap mereka sebagai manusia yang tidak utuh, sedangkan yang utuh tidak lain hanyalah kaum laki-laki.
“Allah saja yang menciptakan manusia, memuliakan manusia laki-laki ataupun perempuan. Bagimana bisa manusia merendahkan sesamanya. Maka hadirlah Islam untuk memuliakan manusia laki-laki dan perempuan. Maka pelajaran penting dari Hijrah adalah memuliakan martabat perempuan termasuk memuliakan diri kita agar tidak terjerumus kepada perbuatan-perbuatan yang hewaniyah. Dari sanalah bangunan kehidupan dapat dibangun,” imbuh Haedar.
Lebih jauh, Hijrah menurut Haedar merupakan momentum yang mampu membawa masyarakat Arab yang terbiasa menyelesaikan permasalahan dengan cara kekerasan dan pertumpahan darah menuju cara-cara yang damai. Namun, di waktu yang sama, imbuh Haedar, Nabi mencoba untuk meletakkan dasar bagaimana nilai-nilai kemuliaan hidup mampu terbangun pada saat itu.
“Oleh karena itu banyak upaya nabi yang dilakukan untuk mengikat perdamaian baik sesama bangsa Arab ataupun bukan. Di sinilah kita bisa membaca mengapa Hijrah disebut dengan tahrij mina dzulumati ilannur. Maka kenanglah prosesi Hijrah ini baik secara lahiriah betapa tidak mudahnya perjalanan Rasul saat itu, hingga hal-hal yang maknawi. Sehingga kita bisa memulai hari ini untuk hidup lebih baik baik dalam keluarga, manusia, agama dan bangsa karena adanya spirit Hijrah,” pungkas Haedar.
Peletakan batu pertama masjid KH Sudjak tersebut juga diikuti dengan penyambutan kepulangan jamaah haji KBIH Aisyiyah yang juga merupakan rentetan dari rangkaian Milad Muhammadiyah ke 108. Rentetan acara tersebut juga dihadiri oleh Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini, Bupati Sleman Sri Purnomo, segenap pimpinan wilayah, daerah, cabang dan ranting Aisyiyah dan Muhammadiyah, juga seluruh karyawan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping. (Th)