Innalillahi, Balai dan Tiang Masjid At Taqwa Muhammadiyah Samalanga Bireuen Dibakar

Innalillahi, Balai dan Tiang Masjid At Taqwa Muhammadiyah Samalanga Bireuen Dibakar

BIREUEN, Suara Muhammadiyah-Seabad yang lalu, ketika Kiai Ahmad Dahlan memulai dakwah pencerahan di lingkungan kampung Kauman Yogyakarta, langgar tempatnya mengajar sempat dibakar. Pertentangan terhadap ajakan dakwah Kiai Dahlan begitu kentara. Namun seiring waktu, jalan perubahan yang dipilih Kiai Dahlan dengan penuh kebijaksanaan justru diikuti diam-diam. Menjadi mainstream di masyarakat.

Setelah seratus tahun, Muhammadiyah telah membesar dengan torehan konstribusinya di seluruh pelosok negeri. Namun, tantangan yang dulu dialami Kiai Dahlan masih terulang lagi. Pembangunan masjid Muhammadiyah di Kabupaten Bireuen, Aceh, beberapa kali sempat terhenti. Sebabnya, karena ada kelompok muslim yang tidak bisa menerima, lalu berusaha keras menghalang-halangi.

Selasa malam, di waktu isya, sekitar pukul 20.00 WIB, tiang-tiang cakar ayam yang menjadi cikal pembangunan Masjid At Taqwa Muhammadiyah, Desa Sangso, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen dibakar sekelompok massa. Bersamaan dengan itu, satu balai yang didirikan PDM Bireuen di lokasi pertapakan Masjid Ataqwa Muhammadiyah, juga ikut dibakar.

Bendahara Masjid At-Taqwa Muhammadiyah Samalanga, Muhammad Isa, menyatakan bahwa aksi itu belum diketahui penyebab dan pelakunya. “Belum diketahui siapa, namun ada pihak yang berseberangan atas membangunan Masjid At-Taqwa. Saat aparat keamanan datang memadamkan sisa api, pihak yang bakar balai sudah melarikan diri,” ungkapnya.

Kapolres Bireuen AKBP Riza Yulianto melalui Kapolsek Samalanga Ipda Riski membenarkan kejadian itu. “Ya benar, tapi bukan balai namun sejenis rangkang (gubuk tempat berteduh) tempat duduk-duduk. Pelakunya sedang kita cari,” ujarnya. Kapolsek Samalanga belum bisa menjelaskan kronologi dan informasi lanjutan.

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bireuen, Athailah Lathief menjelaskan, kronologi penolakan Masjid At Taqwa Muhammadiyah merupakan masih dalam rangkaian penolakan kehadiran Muhammadiyah di tengah mainstream Islam tradisi. Sebelumnya, pembangunan masjid Muhammadiyah di Kecamatan Juli Bireuen juga berbuntut panjang dan penuh tragedi.

“Pertentangan pembangunan Masjid At Taqwa Muhamadiyah di Bireuen untuk kali kedua terjadi. Sebelumnya terjadi di Juli, dan alhamdulilah sudah bisa diselesaikan dan saat ini sudah mulai jalan pembangunan. Sekarang masalah yang sama terjadi di Samalanga,” ujar Athailah Lathief.

Proses pembangunan masjid Muhammadiyah Samalanga, kata Athailah, sudah dimulai sejak 3 tahun yang lalu, dengan mengikuti segenap alur administrasi secara tertib. “Dimulai dengan pembebasan tanah 2700m dengan wakaf tunai jamaah Muhammadiyah hingga bersertifikat tanah Persyarikatan Muhammadiyah,  pengurusan IMB, pembuatan talut dan jalan menuju lokasi lahan mesjid, pembersihan lahan, sampai pembuatan arah kiblat oleh Kemenag Bireuen. Selama proses itu tidak terjadi masalah apa-apa,” katanya.

Menurut Athailah, pergerakan penentangan mulai digalang oleh kalangan dayah (pesantren) yang ada di Samalanga, yang menyebut dirinya Aswaja, ketika akan dimulainya pembangunan mesjid dengan menghadirkan Prof Dr Din Syamsuddin, bertepatan dengan moment Idul Adha tahun ini.

Karena pertentangan itu, Muhammadiyah memilih untuk menahan diri dan tidak bersikeras menghadirkan Din Syamsuddin ke Samalanga. “Pada kesempatan itu, Pak Din batal datang ke Samalanga untuk acara peresmian dimulainya pembangunan Masjid Taqwa Muhammadiyah Samalanga, sehingga acara tersebut kemudian dipindah ke Masjid Taqwa Muhammadiyah Bireuen,” ungkap Athailah.

Ternyata permasalahan belum juga usai. Sebulan setelah cooling down, untuk mengurangi eskalasi penentangan kaum Aswaja, warga Muhammadiyah kemudian mulai bergotong royong lagi untuk memulai pembangunan Masjid. Dimulai dengan membangun tapak tiang Masjid sejak hari Minggu lalu. Namun apa daya, usaha dan kerja keras itu belum juga menunjukkan cahaya terang. Setelah pada siangnya, warga Muhammadiyah bergotong royong memulai pembangunan, pada malamnya, semua itu dirusak dan dibakar.

Inilah jalan dakwah Muhammadiyah. Berkompromi dan menghindari pertentangan. Menyikapi dengan penuh perhitungan. Semoga masalah ini segera mencapai titik terang dan warga Muhammadiyah di Bireuen, Aceh, bisa leluasa mengembangkan dakwah pencerahan sebagaimana warga Muhammadiyah di tempat lainnya. (Ribas)

Baca Juga: 

Kronologis Kerusuhan dan Larangan Pendirian Masjid Muhammadiyah di Bireuen

Kasus Bireuen Aceh; Negara tidak boleh Kalah sama Kelompok Intoleran

Kasus Bireuen Aceh; Negara tidak boleh Kalah sama Kelompok Intoleran

Exit mobile version