Trump Membuka Kotak Pandora Konflik Palestina-Israel

Trump Membuka Kotak Pandora Konflik Palestina-Israel

sumber foto: liputan6

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir, menilai keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui sepihak status Yerusalem sebagai ibukota Israel telah membuka kotak pandora konflik. Pengakuan yang menuai kontroversi itu dikemukakan Presiden AS Donald Trump. Bahkan, Trump menyatakan akan segera memindahkan keddutaan besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.

“Trump secara sadar membuka kotak pandora konflik Palestina-Israel dengan gegabah. Padahal, dia dan AS mestinya tahu persis bahwa di antara titik yang paling menjadi sumber sengketa-politik abadi di Timur Tengah itu, soal Yerusalem yang diperebutkan,” jelas Haedar ketika ditemui di PP Muhammadiyah Cik Ditiro pada Kamis (7/12)

Menurut Haedar, keputusan Trump kian menguatkan kecenderungan ultra-konservatif dalam politik luar negeri AS terhadap Palestina. Dengan perkataan lain, rezim Trump menunjukkan pembelaannya secara terbuka terhadap Israel. Hal ini tentu berpengaruh pada peta politik Timur Tengah dan dunia.

“Padahal kita sudah mengetahui telah 70 tahun konflik Israel dan Palestina belum ada titik temu, namun setidaknya belakangan sudah ada proses mencair, yang mungkin kedepan masing-masing bisa mengakui eksistensinya dan kemudian dapat membangun perdamaian,” ungkap Haedar.

Ia juga memberi masukan kepada PBB untuk memberikan pandangan agar rencana politik ugal-ugalan tersebut dibatalkan dan tidak boleh diteruskan. Langkah PBB dan dunia dianggap paling relevan dan efektif menekan keinginan AS di bawah rezim Trump.

“Apakah AS tidak ingin menyaksikan Timut Tengah yang damai dan kondusif? Jika rencana pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem itu diwujudkan, maka akan memicu konflik politik baru di kawasan itu (Timur Tengah),” urai Haedar.

Yerusalem sendiri sampai saat ini masih menjadi kota suci yang diklaim oleh tiga agama samawi; Islam, Yahudi, Kristen. Sebelumnya, kota ini diakui sebagai kota internasional. Oleh karena itu, pengakuan sepihak AS juga menimbulkan reaksi keras dari Pemimpin Katolik Paus Franciscus. (Syada/Ribas)

Exit mobile version