JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah bersama Religion for Peace Asia And Pacific Youth Interfaith Network (RfP-APYIN) menggelar agenda Tahunan, “ 2017 Asia And Pacific Interfaith Youth Peace Camp” yang kali ini dilaksanakan di Jakarta tepatnya di Hotel Sofyan Betawi, Gedung Dakwah Muhammadiyah dan Kolese Kanisius Jakarta. Ketiganya berada disekitar Menteng Raya-Jakarta Pusat, dilaksanakan mulai tanggal 12-15 Desember 2017.
Pada hari Selasa, 12 Desember 2017, pukul 19.00 seluruh peserta APIYCC akan disambut oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan dalam acara Welcoming Dinner di Balai Kota DKI Jakarta. Selanjutnya, pada hari Rabu, 13 Desember 2017, pukul 09.00 WIB, seluruh peserta akan mengikuti Opening Ceremony di Istana Wapres, yang akan dihadiri dan dibuka oleh Wapres RI, Bapak Muhammad Jusuf Kalla.
Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dan President (Moderator) Religion for Peace Asia And Pacific Youth Interfaith Network (RfP-APYIN), peserta APIYCC akan melakukan kunjungan ke Masjid Istiqlal, Katedral dan beberapa tempat simbol keberagaman Indonesia, serta akan melakukan dialog dengan masyarakat Kali Ciliwung terkait dengan isu perubahan iklim dan menjaga bumi.
Asia Pacific Interfaith Youth Peace Camp diikuti oleh 60 Peserta dari 25 Negara Asia dan Pacific, dengan mengusung Tema “ Raising Awereness on Climate Change: Gotong Royong for Our Earth”. Isu perubahan iklim sengaja dipilih oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dan Religion for Peace Asia And Pacific Youth Interfaith Network (RfP-APYIN) untuk menjawab tantangan utama belakangan ini yakni semakin panasnya bumi.
Pertama. Panas dalam makna yang sebenarnya, yakni karena pengaruh perubahan iklim sehingga memunculkan dampak bencana alam dan ancaman-ancaman bencana alam yang lebih serius dimasa akan datang bila manusia dibumi melalui warga negara di dunia tidak memulai kepedulian untuk menjaga bumi dengan mengurangi aktivitas yang memberikan dampak pada meningkatnya efek gas rumah kaca. Bumi bukan warisan nenek moyang, namun bumi adalah hutang generasi hari ini kepada generasi yang akan datang yang harus “dibayarkan” dalam kondisi utuh bahkan harus lebih baik.
Kedua. Bumi semakin “panas”, karena pengaruh aktivitas manusia bumi yang penuh dengan praktik provokasi, kebencian dan saling menegasikan. Kasus klaim Donal Trump terhadap Yuresalem sebagai Ibu Kota Israel adalah salah satu peristiwa “semakin panasnya” bumi akibat tindakan lisan dan kebijakan yang ugal-ugalan abai dialog. Konflik, terorisme dan stigmatisasi adalah bagian lain yang membuat bumi semakin panas dalam makna situasi hubungan politik dan kemanusiaan, seolah pintu dialog telah terkunci, dan bumi sedang menuju konflik panas dimasa yang akan datang. Panas dalam makna Perubahan iklim pun panas dalam makna politik dan hubungan antar peradaban.
Oleh sebab itu, Pemuda Muhammadiyah bersama RfP-APYIN menghimpun 60 Pemuda Lintas Agama dari 25 Negara Asia dan Pacific untuk berkumpul bersama membangun kesepahaman bersama untuk mendorong Gerakan bersama meski berbeda keyakinan agama, Different Faith, Common Action. Kami menyebutnya sebagai gerakan “gotong royong for Our Earth”.
Melalui Agenda ini Pemuda Muhammadiyah bersama RfP-APYIN ingin mendorong Internasionalisasi Pancasila melalui nilai-nilai Gotong Royong, atau dalam Islam disebut sebagai Ta’awun (saling Tolong menolong) meski kita berbeda, karena kita hidup di Bumi yang sama, kerusakan bumi akan berdampak terhadap kita semua, apapun agama dan sukunya. Melalui Prinsip Gotong Royong agaknya, dampak perubahan iklim dengan semakin panasnya dunia bisa kita kurangi dan hadapi bersama, egoisme agama, suku, negara dilebur menjadi spirit kemanusian satu bumi dengan semangat Gotong Royong, untuk mencegah terjadinya kerusakan massal terhadap bumi dan peradaban kita yang disebabkan ulah egoisme dan kerakusan manusia yang abai dengan masa depan anak cucu. (Ribas)