• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Jumat, Desember 5, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Haedar Nashir: 91 Tahun Lalu, Aisyiyah Pelopori Pergerakan Perempuan di Ruang Publik

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
19 Januari, 2018
in Berita
Reading Time: 1 min read
A A
0
Haedar Nashir: 91 Tahun Lalu, Aisyiyah Pelopori Pergerakan Perempuan di Ruang Publik
Share

SURABAYA, Suara Muhammadiyah- Dalam pembukaan Tanwir I Aisyiyah, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak para peserta tanwir untuk kembali mengingat peristiwa monumental yang terjadi di Kota Surabaya. Di kota yang sama, 91 tahun yang lalu Kongres Muhamadiyah ke 15 digelar. Kongres yang digelar di Gedung Bioskop Kranggan pada tahun 1926 tersebut merupakan momentum yang langka karena dilaksanakan bersamaan dengan kongres khusus Aisyiyah.

“Di sanalah lahir fase baru di mana gerakan perempuan muslim, hadir di ruang publik dan menyuarakan aspirasi perempuan untuk maju sebagai panggilan agama,” terang Haedar dalam pidato pembukaan Tanwir I Aisyiyah di UM Surabaya, Jum’at (19/1).

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

IMG_1873

Menurut Haedar momentum tersebut menjadi cukup mencengangkan karena sebelumnya belum ada perhelatan besar yang digelar oleh perempuan di ruang publik. Hingga ada dua surat kabar lokal yang secara besar-besaran memuat berita terkait kongres tersebut, khususnya sosok Siti Walidah yang disebutnya sebagai Srikandi Indonesia.

“Kita ketahui bahwa kongres perempuan pertama pada tahun 1928 digelar dua tahun setelah kongres Aisyiyah ini,” imbuh Haedar.

Haedar berpesan bahwa peristiwa tersebut adalah yang harus diingat oleh para peserta Tanwir agar terus membawa spirit Nyai Dahlan meskipun sudah hamper 1 abad berlalu setelahnya. Haedar mengatakan bahwa dalam sebuah kesempatan pada tahun 1945, anggota Tanwir Muhammadiyah berkunjung ke Yogyakarta sekaligus menjenguk Nyai Walidah yang sedang terbaring sakit. Di sana Nyai Walidah menyampaikan pesannya untuk Muhammadiyah juga umat Islam.

“Indonesia, kata Walidah, telah merdeka akan tetapi tinggal lah yang belum merdeka adalah agama Islam dan umat Islam. Maksudnya, belum merdeka dari kekolotan. Maka suburkanlah  Muhammadiyah dan Aisyiyah agar bisa mengisi Indonesia yang baru merdeka ini agar menjadi Negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur,” pungkas Haedar yang dikutipnya dari buku milik Junus Anis tahun 1968. (Th)

Tags: Haedar NashirmuhammadiyahTanwir Aisyiyah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
SD Wibraga Bersama Kak Bimo, Perkuat Pendidikan Kemuhammadiyahan

SD Wibraga Bersama Kak Bimo, Perkuat Pendidikan Kemuhammadiyahan

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In