JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Kedermawanan dan kepedulian terhadap kaum dhuafa merupakan ajaran pokok Muhammadiyah yang diserap KH Ahmad Dahlan dari surat al-Maun. Spirit dari theologi al-Maun inilah yang menggerakkan dan mendorong Muhammadiyah tumbuh besar hingga saat ini.
Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka), Prof Suyatno, menyatakan bahwa tradisi filantropi sudah berakar selama 1 abad dalam tubuh Muhammadiyah, sejak zaman KH Ahmad Dahlan. Tradisi inilah yang membentuk watak warga Muhammadiyah bahwa ‘hidup itu memberi, bukan meminta.’ Jargon ini pula yang ditanamkan oleh Muhammadiyah kepada warga dan anggotanya. “Modal sosial ini harus terus dilembagakan dan dikembangkan menjadi energi sosial unt melakukan transformasi masyarakat menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” katanya.
Menurut Suyatno, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah, bertanggungjawab untuk merawat dan mengembangkan tradisi ini. “Maka UHAMKA, melalui LAZISMU UHAMKA, LKSFI (FEB), G-500 (FFS) serta FTM (FKIP) serta Mata Kuliah AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan) terus menggerakkan warga kampus dan masyakarat untuk mengembangkan kepedulian terhadap sesama, dan menjadikan kampus sebagai jembatan dan solusi problematika masyarakat,” urainya.
Dalam mata kuliah AIK yang berbobot 2 SKS tersebut, para mahasiswa Uhamka melakukan kegiatan filantropi yang disebut Dakwah Lapangan. Dalam kegiatan Dakwah Lapangan mahasiswa UHAMKA melalui mata kuliah Kemuhammadiyahan yang dibelajarkan di semester gasal tahun ajaran 2017/2018 berhasil mengumpulkan lebih dari 407 juta rupiah. Rp 407.196.900 ini kemudian digunakan untuk membantu dan memberdayakan para kaum dhuafa dan mustadh’afin. (Rbs)