YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meresmikan Grha Suara Muhammadiyah, pada Ahad, 25 Februari 2018. Turut hadir dalam kegiatan itu ketua DPR RI Bambang Soesatyo, Mendikbud Muhadjir Effendy, Menkominfo Rudiantara, para anggota DPR, Kapolda DIY, para bupati/wakil bupati dan walikota se-DIY.
Dalam kesempatan itu, Haedar Nashir mengapresiasi dukungan para tokoh yang hadir terhadap Muhammadiyah dan Suara Muhammadiyah. Terutama kepada Menkominfo yang telah memberi ruang bagi Suara Muhammadiyah di dunia pers dan mengajukan kepada Dewan Pers untuk memperoleh penghargaan. Dengan mengetahui Suara Muhammadiyah, ujar Haedar, adalah tau sejarah bangsanya sendiri. “Pak menteri sudah membuka harta karun bangsa ini keluar,” katanya.
“SM menyimpan banyak sejarah bagi bangsa, bukan sebatas situs, tapi sejarah yang memberi warna. Pak Menteri Kominfo memberi sentuhan bahwa negeri ini perlu menggali kekayaannya untuk bisa melangkah dengan jalannya sendiri,” tuturnya. Oleh karena itu, khazanah yang dimiliki Suara Muhammadiyah perlu terus digali.
Haedar lalu menceritakan pergumulannya di Suara Muhammadiyah. “Dimulai dari nol. Meski sudah nulis di Kompas, di luar, di sini tulisan saya dibanting-banting oleh pak Ajib, wartawan kawakan waktu itu,” katanya.
Haedar juga bercerita tentang kiprah Buya Syafii Maarif yang memulai kiprah sebagai korektor dengan menggunakan mesin ketik gaya lama.
“Saya bergabung di SM bukan karena PP Muhammadiyah, saya mahasiswa akhir menjadi penulis opini pinggiran tahun 1984 di Suara Muhammadiyah. lalu menjadi staf wartawan dan baru kemudian jadi wartawan beneran. Pernah sakit 2 tahun karena kebanyakan ketik. Setelah pak Syukri baru diberi amanah sebagai Pimpinan Redaksi sampai sekarang,” kisahnya.
Grha Suara Muhammadiyah, kata Haedar, harus menjadi saksi sejarah perjuangan Muhammadiyah untuk mencerdaskan masyarakat dan membangun peradaban yang berkemajuan. “Grha Suara Muhammadiyah sebagai penanda islam berkemajuan,” katanya.
Haedar menginginkan supaya Majalah Suara Muhammadiyah ke depan perlu agar lebih luas lagi jangkauannya. “Bukan dimaknai sebagai unit bisnis, tapi sebagai pembawa visi misi dan ideologi Muhammadiyah,” ungkapnya. “SM adalah aktualisasi dari spirit awal Muhammadiyah yang ingin menampilkan islam berkemajuan,” katanya. (Ribas)