Meluruskan Bias Gender

Meluruskan Bias Gender

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Sampai saat ini, persoalan ketidakadilan gender masih menyelimuti masyarakat Indonesia. Budaya partriarki seakan menjadi legitimasi akan menomorduakan peran kaum perempuan. Jika kita cermati,  Islam sebagai ajaran agama memandang bahwa posisi laki-laki dan perempuan itu setara.

Masyarakat masih banyak yang berpandangan bias tentang gender. Dalam pandangan masyarakat umum, perempuan itu hanya bertugas mengurus rumah.  “Ada pemahaman soal peran suami istri yaitu domestik dan publik. Perempuan sering ditafsirkan wilayah domestik,  hanya mengurus rumah tangga.  Tafsiran domestik itu sering bias, ini harus diluruskan. Peran domestik bukan hanya dimaknai di rumah, domestik itu dalam arti hamil, haid, melahirkan, menyusui. Pengatur rumah tangga itu tugas bersama suami dan istri dengan cara musyawarah, ini termasuk ranah publik. Siapa yang mau mencuci, memasak, menerima tamu, pendidikan, bekerja,  semua harus dimusyawarahkan,” tegas Prof Yunahar Ilyas, Ketua PP Muhammadiyah bidang Tarjih, Tajdid, dan Tabligh ditengah Talk Show gender di Islamic Center UAD (01/03).

Untuk menghindari konsep bias, ketua LPPA Aisyiyah Alimatul Qibtiyah mempertegas konsep dasar yang harus dipahami masyarakat soal perbedaan antara sex dan gender.  Sex adalah soal ‘gowoan’ dan gender soal ‘gawean’.

“Yang perlu dipahami adalah sex itu soal ‘gowoan’, yaitu bawaan lahir gak bisa dirubah, sedangkan gender soal ‘gawean’, maka laki-laki dan perempuan bisa sama melakukan  kegiatan” tandas Alimatul Qibtiyah

Di Muhammadiyah, soal gender sesungguhnya sudah dicontohkan oleh para pendirinya, ini merupakan pemikiran berkemajuan pada tempo dulu.  Yaitu bagaimana awalnya KHA. Dahlan membuat pendidikan melalui kajian keputusan yang diberi nama Sopo Tresno.

“Berbicara gender, sesungguhnya KH Ahmad Dahlan sudah sangat berfikir maju dengan memberikan ruang belajar untuk kaum perempuan dibawah nama Sopo Tresno. Berbicara gender, Muhammadiyah sejak KH Ahmad Dahlan telah final bahwa laki-laki dan perempuan memiliki tugas yang setara dapat berperan di ruang publik sebagai khalifah di bumi. Dengan demikian kehidupan akan seimbang,” ungkap Ari Susanto, Ketua DPD DIY saat membuka acara Milad IMM ke 54 di Islamic Center UAD. (humas)

Exit mobile version