YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bagi sebuah perguruan tinggi, perjalanan 37 tahun merupakan usia yang masih muda. Tetapi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang berumur di bawah 50 tahun mampu meraih nilai A untuk Akreditasi Institusi dua kali berturut-turut dengan nilai yang meningkat meskipun melalui sistem yang berubah. Hal tersebut disampaikan Rektor Dr Gunawan Budiyanto, MP dalam Malam Refleksi Milad ke-37 di Masjid KH. Ahmad Dahlan, Rabu (28/02/2018).
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, MSi hadir memberikan sambutan Malam Refleksi Milad ke-37 UMY tersebut. Hadir juga Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Dra Noorjanah Djohantini, MM, MSi, Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Prof Dr Syamsul Anwar, anggota BPH Drs Alfian Darmawan dan segenap civitas akademika UMY.
Haedar bangga dan bersyukur atas segala pencapaian UMY bagi kemaslahatan umat agar menjadi pusat keunggulan dan uswah hasanah. “Satu diantara kebanggaan kita dan rasa syukur kita adalah kita memiliki perguruan Muhammadiyah dan amal-amal usaha Muhammadiyah sebagai bentuk dari Islam dalam wujud pranata amaliah yang memberi maslahat untuk orang banyak dan itulah ciri dari Muhammadiyah,” ungkap Haedar.
Baca juga : Indonesia Harus Tingkatkan Jumlah Ilmuan dan Peneliti di Bidang Teknologi
Kemudian, Haedar juga menyampaikan penghargaan atas perjuangan pendiri UMY yang dirintis abituren Mualimien Muhammadiyah Yogyakarta dulu. “Penghargaan yang tinggi kepada pendiri, penerus, dan seluruh keluarga besar kampus ini tentu perlu dijadikan sebagai modal rohaniah kita bagaimana membawa kampus ini dengan cita-cita besar tadi menjadi kampus unggulan yang Islami,” tandasnya.
Ia mengingatkan seluruh pihak agar dapat menjaga UMY dengan memberikan contoh berbagai peradaban yang maju pada zamannya yang kemudian hancur seperti Yunani, Saba’, dan Madian. “Pelajaran menjadi hal sangat penting bahwa bagaimana sebuah kemajuan dan puncak kemajuan itu bisa menjadi tonggak untuk maju kedepan tetapi pada saat yang sama kalau tak pandai-pandai merawat dan ingat pada nilai-nilai ruhaninya itu ada beban sejarah untuk mengalami kemunduran,” terang Haedar.
Selanjutnya, Haedar berpesan agar UMY maupun Persyarikatan Muhammadiyah perlu semangat ukhuwah dan kebersamaan. “Boleh kita berbeda banyak pandangan boleh kita berbeda pemikiran mungkin disana-sini ada lintas kepentingan tetapi UMY, Muhammadiyah punya prinsip, punya sistem, punya koridor, punya jam’iah, punya imamah, punya jamaah yang harus dipelihara bersama satu kuncinya ukhuwah dan kebersamaan,” pungkasnya.(qq)