Berkunjung ke Lokasi Pembakaran Sarana Ibadah Masjid Jambidan

Berkunjung ke Lokasi Pembakaran Sarana Ibadah Masjid Jambidan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Upaya pembakaran sarana dan atau rumah ibadah kembali terulang. Atas dasar apa, pelaku merasa menang dan lalu bertepuk tangan. Menyebar saling curiga dan ketakutan. Menyulut perpecahan. Memancing keributan. Merusak ketenangan dan kenyamanan.

Menurut laporan dari Forum Persaudaraan Umat Beragama (FPUB), pada Senin, 12 Maret 2018, pukul 10.00 WIB, di TPA Fakhturrahman Dusun Kepanjen, RT. 03, Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan Bantul, terjadi pembakaran Gazebo dan Karpet Masjid Fakhturrahman (milik PCM Banguntapan), dilakukan oleh Orang Tak Dikenal pada 11 dan 12 Maret 2018. Beberapa warga Kepanjen RT. 01, 02, 03, Jambidan, Banguntapan, Bantul mengaku melihat langsung.

Pukul 07.38 Rabu pagi (14/3), sebuah pesan dari Buya Syafii masuk ke ponsel saya. Memberitahu untuk dijemput teman-teman Suara Muhammadiyah pada jam 09.15. Tak berapa lama, kami segera bergegas dan tiba di depan kediaman Ahmad Syafii Maarif di Kompleks Perumahan Nogotirto pada pukul 09.00. Buya Syafii sudah siap menunggu di depan rumah.

Kali ini Buya harus berdesak 6 orang dalam satu Avanza milik Suara Muhammadiyah. Tujuannya adalah mengunjungi Teman Pendidikan Alquran (TPA) Fathurrahman di Desa Jambidan, Banguntapan, Bantul. Sepanjang perjalanan, Buya sempat mengungkap keprihatinan tentang kejadian ini. Sisanya, Buya akan menggemari bicara tentang beragam tema dengan santai dan diselingi canda.

Kedatangan Buya Syafii kali ini untuk mengecek langsung gazebo, sarung dan karpet mushala Fathurrahman yang ditemukan terbakar beberapa hari yang lalu. “Berbeda kalau kita melihat langsung ya,” kata Buya dalam perjalanan. “Ini kan kawasan yang ramai.” Benar saja, lokasi ini berbatas langsung dengan lapangan dan rumah-rumah warga serta jejeran warung.

Kami parkir di lapangan Jambidan yang sehari sebelumnya digunakan untuk Apel KOKAM se-Bantul, Buya Syafii disambut Kiai Abdul Muhaimin, pengurus FPUB, pimpinan Muhammadiyah, dan perwakilan Polsek setempat. Buya Syafii lalu diajak berkeliling melihat lokasi yang telah dipasangi police line.

Gazebo yang dibakar terletak di belakang Mushala, di sisi lainnya, berdiri Taman Kanak-Kanak milik Aisyiyah. Di lantai dua yang difungsikan sebagai masjid/mushala, karpet yang terbakar itu terletak di bagian mihrab (tempat pengimaman). Buya Syafii sempat juga menyapa anak-anak dan ibu asuh di teras TPA. Keceriaan anak-anak membuat Buya bahagia. KH Abdul Muhaimin memimpin doa di depan Gazebo yang sudah dalam kondisi terbakar. Kata Kiai, doa yang dibacakan merupakan hizb. Memohon supaya Allah melindungi kita dari marabahaya.

Buya Syafii Maarif, menyatakan tidak habis pikir dan tidak bisa memahami peristiwa pembakaran gazebo, sarung dan karpet Musala Fathurrahman yang diduga sengaja dibakar oleh orang yang tidak dikenal ini. “Saya tidak bisa memahami peristiwa ini. Kita jaga masyarakat. Kita kerjasama dengan aparat untuk cepat mengungkap pelakunya,” ujarnya.

Kepada polisi, Buya berharap kasus ini segera diungkap dengan terang. “Kita dorong aparat supaya jelas biang keroknya, pelakunya. Kalau sudah ketemu, jangan disakiti, tapi diinterogasi, siapa tau ada aktor intelektualnya,” ungkapnya. Buya berharap polisi mengusut tuntas, apakah perbuatan ini memiliki jaringan atau pelaku tunggal. “Diusut sampai ke akar-akarnya,” katanya.

“Kita tunggu hasil polisi, jangan berspekulasi,” ingatnya. Buya Syafii. Sebagai aparat penagak hukum, polisi perlu menginterogasi untuk mengetahui motif di balik peristiwa ini. “Ini mengacau atau iseng. Kalau iseng, ini keterlaluan,” ujarnya.

Ditanya wartawan, apakah peristiwa ini termasuk teror, Buya tegas menyatakan bahwa ini bagian dari teror. “Ini jelas teror. Semua tindakan yang bisa memicu kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, semua itu teror, walaupun kata teror masih diberdebatkan di PBB sana,” ulasnya.

“Tapi pada intinya terorisme itu yang bisa menimbulkan perpecahan. Ini teror dengan definisi perbuatan terorisme,” ungkapnya. Sekecil apa pun, perbuatan yang sengaja dilakukan untuk tujuan mengusik ketentraman dan menyebarluaskan ketakutan merupakan bagian dari tindakan teror.

Menyikapi peristiwa itu, Buya menginginkan semua kegiatan belajat-mengajar di TPA tetap berjalan sebagaimana biasa. Kepada seorang pengasuh anak, Buya sempat berpesan, “Tolong dijaga anak-anak, jangan sampai terganggu.” Buya merasa beruntung karena tidak ada murid-murid yang menjadi trauma, setelah melihat bekas sisa abu yang terbakar.

Buya Syafii berharap masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak cemas berlebihan. “Masyarakat jangan cemas, tingkatkan kewaspadaan dan jangan memberi tafsiran yang spekulatif,” katanya. Harapan senada dititipkan pada media. “Media harus mendinginkan suasana, tetap sejuk, sehingga energy kita tidak habis untuk hal-hal begini,” ujarnya.

“Kita suatu bangsa yang sangat bhineka, beragam, kita jaga bersama. Saling menghormati dengan keberagaman kita masing-masing. Kita saling bekerjasama dalam urusan muamalah,” katanya.

Menurutnya, peristiwa gazebo dan karpet musala Fathurrahman yang terbakar itu merupakan tindakan terorisme. Kendati demikian, Buya Syafii mengimbau siapa pun tidak memberi tafsir liar dan berspekulasi atas peristiwa gazebo, Sarung dan Karpet Musala Fathurrahman yang secara tiba-tiba ditemukan terbakar. “Kita dorong aparat cepat mengungkap siapa yang menjadi biang kerok, kita usut sampai ke akar-akarnya otak dibalik peristiwa ini,” ujar Buya.

Berikut Kronologis Peristiwa Menurut FPUB:

Minggu, 11 Maret 2018,  sekitar pukul 18.30 wib di halaman TPA Fakhturrahman terjadi pembakaran Gasebo milik TPA Fakhturrahman yang dilakukan oleh Orang Tak Dikenal. Kejadian kebakaran Gazebo diketahui pertama kali oleh Suryanto (Saksi 1) saat Saksi berada dilantai dua rumahnya dan Saksi melihat kobaran dan kepulan asap berasal dari Gazebo milik TPA Fakhturrahman dan selanjutnya Saksi mendatangi lokasi terbakarnya Gazebo. Setelah tiba dilokasi dan ternyata benar dugaaan api berasal, selanjutnya Saksi memberitahukan para tetangga.

Saksi lainnya, Isnu Susanto, Agus Sehono, M Maarif dan Yuda Baskoro mendatangi lokasi dan memadamkan api bersama Saksi 1. Setelah api padam, seluruh Saksi meninggalkan lokasi dan pergi ke rumah duka salah satu warga yang meninggal. Kejadian kebakaran Gazebo tidak dilaporkan ke Aparat Kepolisian.

Senin, 12 Maret 2018, sekitar pukul 06.00 wib, saksi atas nama Ir Sudarman melihat pintu Mushala terbuka dan selanjutnya melakukan pengecekan. Biasanya pintu Mushala selalu dalam kondisi ditutup tapi tidak dikunci.

Setelah masuk ke Mushala didapati karpet, sajadah dan sarung yang berada Di tempat Imam dalam kondisi sudah terbakar dan hangus serta api sudah padam dan karpet yang terbakar sudah dalam kondisi dingin.

Selanjutnya Ir. Sudarman menveritakan kejadian kepada M Juweni (Aktivis KOKAM) dan M Juweni menyarankan kepada Ir Sudarman melaporkan kejadian ke Polsek Banguntapan

Sekitar pukul 08.00 WIB, Ir. Sudarman bersama Siswo Suwarno melaporkan kejdian terbakarnya karpet ke Polsek Banguntapan.  Pukul 09.00 WIB, Tim Inafis Polres Bantul dipimpin oleh AKP Anggaito Hadi, SIK (Kasat Reskrim Polres Bantul). Setelah melakukan olah TKP,  Tim Inavis mengamankan karpet, sajadah dan sarung yang terbakar untuk bahan penyelidikan, sementara lokasi kejadian sudah dipasang Police Line. (ribas/foto:bud)

Exit mobile version