SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Amanat Muktamar Muhammadiyah menetapkan visi Pengembangan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2020 yaitu Berkembangnya fungsi pembedayaan masyarakat dalam pengembangan buruh, tani, nelayan, dan kelompok dhu’afa-mustadh’afin sebagai pilar strategis gerakan Muhammadiyah. Untuk merealisasikan visi tersebut MPM menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dan Rembuk Tani Berkemajuan.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir memberikan keynote speech dan membuka langsung agenda tersebut di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (17/03/2018). Hadir seluruh MPM Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) se-Indonesia, MPM Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) yang terpilih, kelompok tani, komunitas yang didampingi selama ini MPM PP Muhammadiyah.
Haedar menyampaikan semakin banyak tuntutan melalui model-model gerakan pemberdayaan masyarakat saat ini dan mengapresiasi atas kinerja MPM. “Memang makin banyak tuntutan kita bergerak dan MPM telah menunjukkan daya jelajahnya yang luar biasa sehingga hari ini menjadi saksi dari kelompok-kelompok dampingan berbagai daerah” ungkapnya.
Menurutnya visi Muhammadiyah tahun 2020 ingin mewujudkan dan mengakselerasi Muhammadiyah berkemajuan yang ditandai oleh membangun pusat-pusat keunggulan di berbagai area dimana Muhammadiyah bergerak. “Amal usaha terus kita tingkatkan tetapi amal usaha yang makin mempunyai daya saing tinggi dan daya manfaat yang besar untuk masyarakat” terang Haedar.
Haedar mencontohkan saat ini Muhammadiyah untuk go internasional tidak dalam bentuk wacana tetapi kita hadir melahirkan karya-karya monumental yang akan menjadi pusat peradaban kedepan. Memang nanti long term, tidak sekali jadi tapi berjangka panjang inilah bagian dari gerakan Muhammadiyah membangun pusat keunggulan” ulasnya.
Baca juga : Revolusi Industri 4.0, Muhammadiyah perlu Proses Akselerasi
Terkait gerakan pemberdayaan masyarakat, Haedar berpesan agar bagaimana menjadi paradigma baru untuk mempertajam tafsir Al-ma’un. “Islam itu bukan hanya agama yang bersifat keimanan tetapi juga tidak kalah pentingnya agama yang bersifat dinul amal, agama yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang membawa arah kemaslahatan untuk orang banyak” tutur Haedar.
Ia menambahkan untuk mengkonstuksi faham keagamaannya bahwa Islam sebagai agama yang sempurna tetapi kesempurnaan harus ditunjukkan perbuatan. “Lewat amaliah tetapi amaliahnya juga amaliah yang bersifat membawa perubahan dan kemajuan” tandasnya.
Visi dakwah Muhammadiyah, masih menurut Haedar, Islam membawa perubahan dalam konteks membawa kemajuan dan pencerahan secara ideologis dalam persfektif kebangsaan. “Islam sebagai dienul taghyir, agama yang pembawa perubahan ke arah lebih baik bagi umatnya, pemeluknya, maupun bagi masyarakat luas tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, golongan” papar Haedar.
Selain itu, sambung Haedar, dalam konteks persfektif Islam berkemajuan agama melahirkan pembebasan. “Persfektif pembebasan ini menjadi sangat penting dan Rasulullah itu mengeluarkan bangsa arab dari yang jahiliyah menjadi beradab itu sebetulnya tahrir, pembebasan yang kemudian kita rumuskan sebagai tanwir, pencerahan” imbuhnya.
Ia mengingatkan bangsa Indonesia, umat islam dan umat beragama di Indonesia juga harus maju, harus berkeadaban, dan menjadi contoh dengan menyelesaikan masalah yang menghimpit umat. “Muhammadiyah termasuk lewat MPM ini hadir untuk gerakkan mencerahkan, memberdayakan, membebaskan masyarakat sehingga dengan Islam yang membangun peradaban kita hadirkan amaliah-amaliah yang nyata, yang memberi manfaat, memberi inspirasi, dan membawa kemajuan bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan universal” pungkas Haedar.
Sementara itu, Ketua MPM PP Muhammadiyah Dr Nurul Yamin, MSi mengungkapkan Rakornas kali ini menjadi penting karena menguatkan berbagai aspek. Pertama, MPM harus bergerak di seluruh level pimpinan. “Fungsi pemberdayaan, secara organisasi dan kelembagaan manajemen MPM harus bergerak, harus berjalan, harus berfungsi MPM Wilayah, MPM Daerah, MPM Cabang selain sebagai mesin organisasi dia harus dinamis, sinergis dan strategis” ajak Yamin.
Kedua, menurut Yamin, buruh, tani, nelayan, dan kelompok dhu’afa-mustadh’afin menjadi fokus pemberdayaan karena disana merupakan kantong-kantong kemiskinan berada. “Kelompok nelayan, buruh, tani, dan kelompok dhu’afa-mustadh’afin bukan hanya di perkotaan, maka ada komunitas-komunitas miskin di perkotaan kita dampingi tetapi ada juga di pedesaan tetapi ada juga di ujung wilayah yang pemerintah menyebut terdepan, tertinggal, terluar” sambungnya.
Selanjutnya Ia menerangkan, Ketiga kata kuncinya adalah pilar strategis yang menjadikan MPM aktivitas pemberdayaannya mencoba melahirkan spirit pembelaan dan untuk mewujudkan pilar spirit tersebut. “Maka MPM harus menempatkan diri dalam pemberdedayaan masyarakat di Indonesia” kata Yamin.
Kemudian, Keempat, Yamin mengingatkan Muhammadiyah sebagai gerakkan dimana pemberdayaan tidak pernah ada kata lelah dan tidak ada kata berhenti. “Kemudian yang menjadi spirit di seluruh teman-teman pengurus MPM Pusat, Wilayah, Daerah adalah selama rakyat masih menderita tidak ada kita istirahat” tandasnya.(rizq)
Baca juga : Milad ke-37, Haedar Harap UMY Jadi Pusat Keunggulan dan Uswah Hasanah