Hadapi Revolusi Industri 4.0, Haedar Nashir: Toleran dan Moderat Saja Tidak Cukup

Hadapi Revolusi Industri 4.0, Haedar Nashir: Toleran dan Moderat Saja Tidak Cukup

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam Kuliah Umum bersama Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Ristek Dikti) Mohamad Nasir yang digela oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan bahwa Institusi Pendidikan memiliki tugas untuk mempercepat proses transformasi dalam masyarakat. Dalam kuliah umum bertajuk “Kebijakan Nasional Pendidikan Tinggi Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0” ini, Haedar pun menegaskan bahwa Muhammadiyah melalui berbagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang tersebar di berbagai daerah terus berikhtiar membuka berbagai prodi-prodi baru yang akan menunjang hal tersebut.

“Melalui UAD dan seluruh institusi pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah, kami ingin memperkaya sumberdaya manusia untuk membangun bangsa,” terang Haedar di UAD Kampus 4, Kamis (22/3).

Oleh karenanya, menghadapi Revolusi Industri 4.0, Muhammadiyah akan terus berupaya untuk menanamkan sikap cerdas dan berilmu kepada seluruh komponen bangsa. Menurut Haedar, bersikap moderat dan toleran saja tidak cukup namun juga harus cerdas dan berilmu. “Bersama dua institusi pemerintah yaitu Kemendikbud dan Kemenristek Dikti, Muhammadiyah akan mempercepat proses pembangunan SDM yang cerdas dan berilmu,” kata Haedar.

Di samping itu, menurut Haedar nilai-nilai religiusitas yang mengakar di tubuh bangsa merupakan hal yang penting untuk terus dipertahankan. “Harganya akan dibayar mahal jika tidak dibarengi dengan nilai religiusitas yang mengakar kuat pada bangsa,” lanjutnya.

Sedangkan Mohamad Nasir sendiri mengakui bahwa saat ini lingkungan mengalami pergeseran yang sangat cepat. Pergeseran ini juga berkaitan dengan adanya globalisasi pendidikan. Segala upaya yang dilakukan dalam proses pendidikan teah ditunjang dengan keberadaan teknologi internet. Oleh karenanya, dirinya berpesan bahwa perguruan tinggi harus terus melakukan inovasi. “Mengelola perguruan tinggi harus dengan inovasi, jangan seperti menjalankan bisnis biasa namun juga kemandirian penting untuk diciptakan,” ungkap Mohamad Nasir.

Sistem pendidikan ke depan menurutnya akan lebih diwarnai dengan keberadaan Artificial Intelligent sehingga akan membuka seluruh sekat-sekat jarak dan waktu dalam mendidik generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, dirinyapun mengharap UAD mampu memperluas ruang geraknya dengan terus menambah kemitraannya dengan berbagai pihak di luar negeri. Menurutnya dikotomi PTN dan PTS sudah tidak ada lagi, dan segalanya diukur dengan kualitas yang dibangun oleh masing-masing perguruan tinggi baik PTN ataupun PTS.

“Saat ini ada 19 perguruan tinggi yang terakreditasi institusi A, termasuk UAD. Dengan adanya peraturan baru bahwa perguruan tinggi asing boleh beroperasi di dalam negeri, UAD salah satunya harus memperbanyak kerjasama global. From local to global. Tunjukkan bahwa negara mayoritas Muslim ini adalah sarang perubahan dan peradaban,” tandasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kemenristek Dikti juga menyerahkan Surat Keputusan (SK) pendirian Fakultas Kedokteran UAD yang sudah sejak lama diajukan, kepada Rektor UAD Kasiyarno. Penyerahan itu sebelumnya juga didahului oleh peletakan batu pertama pembangunan gedung perkuliahan Fakultas kedokteran yang terletak di area kampus 4 UAD. (Th)

Exit mobile version