JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, MSi menerima kunjungan Ikatan Abituren Darul Arqom Muhammadiyah (IKADAM) Garut, Jum’at (23/3). Kunjungan tersebut dimaksudkan dalam rangka dakwah secara luas serta mempertemukan Ustadz Adi Hidayat (UAH) sebagai pembina Ikadam.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua PB IKADAM Bambang Trenggono. Ia juga menyampaikan pertemuan itu juga membahas tentang dakwah secara artikulatif dan peran dakwah Muhammadiyah. “Banyak Islam abangan yang perlu disentuh untuk berdakwah, Muhammadiyah kekurangan ulama, Muhammadiyah harus berdakwah di tengah isu terorisme dan banyak lagi” tandas Bambang.
Sebagai lulusan Ma’had Darul Arqom Muhammadiyah Garut, Adi Hidayat menyampaikan potensi kader Muhammadiyah di berbagai daerah luar biasa. Ia menyatakan bahwa dirinya telah menjumpai banyak kader Muhammadiyah yang memiliki kualifikasi keilmuan cukup baik, terutama mahasiswa maupun santri di dalam negeri atau luar negeri.
Baca juga : Milad ke-40, Abituren Ponpes Darul Arqom Wakaf 40.000 Al-Qur’an
Selanjutnya Adi Hidayat berharap kader-kader Muhammadiyah bisa disalurkan dengan baik, dan bisa diterima dengan lebih terarah serta memberikan bakti kepada masyarakat. Selain itu nilai-nilai dakwah dalam Muhamadiyah yang dirintis oleh KH. Ahmad Dahlan tersebut bisa dijadikan landasan untuk terus melanjutkan perjuangan dakwah. “Tentunya dengan pendekatan terkini, teraktual, data-data yang terbaik dan juga kita bisa terjemahkan dalam kehidupan yang mulia,” tuturnya.
Sementara itu Haedar Nashir menyampaikan bahwa memang sudah seharusnya Muhammadiyah menangkap gejala sosial seperti itu. Sebab, kader yang matang jika tidak tersalurkan maka ilmunya akan tidak maslahat secara maksimal, dan kader yang potensial jika tidak disalurkan maka dikhawatirkan potensinya gagal menjadi maslahat.
Haedar menangkap gejala di masyarakat Islam saat ini sedang banyak yang memiliki semangat tinggi dan menginginkan akselarasi keislaman, tapi banyak yang salah mendapat rujukan, pemahaman, dan wawasan. “Akselarasi itu seringkali dibenturkan dengan kekecewaan politik, kesenjangan ekonomi dan semangat puritanisme yang tanpa wawasan, sehingga yang muncul adalah kontraproduktif,” pesan Haedar.
Oleh sebab itu Haedar juga memuji Adi Hidayat yang mampu menjadi alternatif bagi gejala akselarasi keislaman itu dengan wawasan-wawasannya. Baik Haedar maupun Adi Hidayat berharap Muhammadiyah dapat memaksimalkan peran kader-kader yang dimilikinya.(ppmuh/mrf/rizq)
Baca juga : Muhammadiyah dan Kehadiran Islam Berkemajuan Di Indonesia