SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pesantren Mahasiswa Internasional KH. Mas Mansyur Universitas Muhammadiyah Surakarta menggelar Baitul Arqam Akhirussanah kedua (30/03/2018) di Community Building PESMA KH. Mas Mansyur kampus 4 UMS.
Baitul Arqam Akhirussanah tersebut berlangsung selama 3 hari, mulai dari 30 Maret hingga 1 April 2018. Baitul Arqam Akhirussanah ini dilaksanakan sesuai dengan standar Sistem Perkaderan Muhammadiyah, dengan 8 materi diantaranya Peran Tauhid dalam Kehidupan, Hierarki dan Tata Aturan dalam Muhammadiyah, Hakikat Islam: Metodologi Memahami Agama Islam, Fiqih Prioritas, Etos Kerja Kader Muhammadiyah, Hakikat Islam: Profil Kader dan Nilai Perjuangan Tokoh Muhammadiyah, Motivasi Diri, dan tambahan materi Entrepreneurship.
“Baitul Arqam ini diikuti oleh 220 Mahasantri PESMA Internasional KH. Mas Mansyur dan juga Mahasiswa Muhammadiyah Scholarship Preparation Program (MSPP). Agenda Baitul Arqam ini berlangsung dengan harapan agar Mahasantri PESMA menjadi insan yang taat, memiliki daya saing, dan kelak mampu menghadirkan perubahan di tengah masyarakat,” ungkap Muamaroh selaku Direktur PESMA Internasional KH. Mas Mansyur UMS.
Baitul Arqam Akhirussanah merupakan langkah terakhir sebelum akhirussanah. Di lain sisi, Baitul Arqam ini sebagai upaya formal internalisasi ideologis sekaligus pembaharuan komitmen bermuhammadiyah guna mengimbangi teknologi yang semakin maju dan cepat, serta bentuk penguatan jaringan mahasantri PESMA Internasional KH. Mas Mansyur UMS.
Pada pembukaan Baitul Arqam Akhirussanah ke-2 ini dibuka langsung oleh Direktur PESMA Internasional KH. Mas Mansyur, kemudian dilanjutkan penyerahan peserta kepada Dodi Afianto yang bertindak sebagai Master of Training pada agenda baitul Arqam tersebut.
Usai itu, acara dilanjutkan dengan materi pertama terkait Peran Tauhid dalam Kehidupan yang disampaikan oleh ketua PP Muhammadiyah Dahlan Rais. Dalam penyampaian materinya, Dahlan Rais menuturkan bahwasanya ketika bersinggungan dengan Muhammadiyah, maka identik dengan tiga kata kunci diantaranya yaitu Islam, dakwah, dan tajdid.
“Dengan berislam berarti kita menyerahkan diri kepada Allah. Muhammadiyah merupakan gerakan islam yang tidak mengedepankan kekerasan dan tidak membeda-bedakan satu sama lain. Tauhid merupakan bagian terpenting daripada Islam. Ia sebagai asas ketunggalan yang menjadi ciri utama dalam monotheism,” katanya
Kaitannya dengan Muhammadiyah, menurut Dahlan, di dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah kita temukan bersama bahwasanya hidup itu berasaskan tauhid, maka segala sistem yang ada hendaklah bersumber pada Tauhid. Hidup yang berasaskan tauhid mengandung esensi pencerahan, amal shalih, kerjasama dalam kebajikan, dan tidak berpolitik praktis. “Jikalau kita melihat dalam kaca mata Islam, tauhid lah yang membedakan Islam dengan agama-agama lain,” ujarnya. [Irfan Hasanudin]