Pengecut dan Membabi-Buta

Muhammadiyah Haedar Nashir Agama

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Dok SM

Oleh: Haedar Nashir

Almarhum Ki Ageng Fatah Wibisono pernah bercerita yang mengundang penasaran hadirin di sebuah forum di UHAMKA Jakarta. Dengan gayanya yang santai dan ramah, Ki Ageng nengungkapkan betapa menjadi anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu banyak suka dan duka. Namun, lanjut Ki Ageng, ketimbang dukanya, sungguh lebih banyak sukanya.

Para hadirin pada menunggu apa penjelasan anggota PP Muhammadiyah yang membidangi Hukum dan HAM serta Hikmah dan Kebijakan Publik tersebut. Ternyata, Ki Ageng menjelaskan, yakni “suka di-SMS yang bermacam-macam, termasuk yang keras-keras”. Para hadirin pun tertawa penuh gelak.

Nah, soal SMS (Short Message Service) yang bermacam-macam itu, memang mulai menjadi kebiasaan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah. Selain banyak SMS yang baik, kita dibuat heran betapa sekarang ini orang dengan gampang mengirim SMS yang kasar, vulgar, dan tidak senonoh. Terutama kalau ada masalah atau konflik di suatu lingkungan Persyarikatan, termasuk di amal usaha. Ada bahkan yang benada ancaman fisik, meskipun boleh jadi sekadar gertak dan ancaman verbal.

Adakah di antara Anda pernah mengirim SMS yang kasar dan kotor? Harapannya tentu tidak, sebab perbuatan tersebut sungguh tidak Islami. Lebih baik kalau ada kegundahan, kritik, dan ketidakpuasa sampaikanlah dengan bahasa yang baik, santun, dan dialogis. Itupun harus terlebih dulu minta maaaf, termasuk kalau pertama kali menjalin kontak via handphone yang nomornya kita belum memperoleh idzin dari yang kita kirim. Jangan menyelonolong, lebih-lebih ber-SMS yang kasar dan tidak pada tempatnya.

Mungkinn ada senentara orang yang  merasa diri gagah ketika mengirim SMS dengan kata-kata kasar dan vulgar, bukanlah pemberani. Ada yang mengumpat, mencaci maki, dan mengancam. Kata-kata binatang dan yang sangat buruk lainnya yang dikirim via SMS sungguh tidak menunjukkan akhlaq mulia seorang muslim. Ancaman fisik pun dengan gampang disampaikan. Merasa amarah diri terlampiaskan. Namun tindakan seperti itu tidak sesuai dengan akhlaq Islam, bahkan cenderung tidak beradab.

Beranikah orang seperti itu? Sungguh itu bukan perbuatan seorang pemberani, apalagi kesatria. Percayalah bahwa perangai kasar, vulgar, dan kotor seperti itu baik yang disampaikan secara lamgsung maupun via SMS dan lainnya sama sekali tidak menunjukkan jiwa dan pribadi perilaku Muslim yang mulia. Bukan perbuatan orang Muhammadiyah. Tetapi perbuatan seorang pengecut atau sealiknya membabi-buta yang diliputi hawa nafsu dan perangai syeitan. Padahal Nabi mengajarkan di antara kewajiban sesama Muslim, jika bertemu ucapkan salam. Ucapan salam  artinya ucapan yang mengandung jiwa  tunduk kepada Allah,  damai, dan selamat.

Nabi mengajarkan bahwa orang hebat itu bukan yang kuat fisiknya, tetapi yang mampu menahan amarahnya. Di sisi Allah ucapan maaf dan lembut termasuk ciri orang bertaqwa. Nabi juga mengingatkan dalam sebuah hadis, barang siapa menahan marah maka Allah akan menahan api neraka dari dirinya. Dalam hadis lain Rasulullah bahkan bersabda, “Orang Muslim ialah orang yang di mana kaum Muslim yang lain selamat dari gangguan lisannya dan tangannya” (HR Muttafaq ‘Alaih).

Kebiasaan SMS, berkata, dan bertindak kasar, vulgar, buruk, mengancam, menghujat, dan ungkapan-ungkapan tidak beradab lainnya sungguh bukanlah cermin sikap pemberani (syaja’ah) dalam pandangan Islam. Justru sebaliknya berwatak jubun yakni pemgecut, bisa juga kutub ekstremnya tahawwur alias membabi-buta. Baik sifat pengecut (jubun) maupun membabi-buta (tahawwur) sama buruknya dalam perilaku Muslim. Karena itu hentikanlah kebiasaan SMS atau berkata dan bertindak serbaburuk seperti itu, selain banyak mudharatnya juga termasuk dosa. Sikap pengecut dan membabi-buta bukanlah perangai akhlaq karimah (mulia), sebaliknua akhlaq madzmumah (tercela).

Buya Hamka menulis, kalau kita suka menuruti nafsu tahawwur (membabi buta), timbullah daripadanya ranting-ranting sifat buruk (madzmumah)  yang lain. Sebutlah kotor-mulut, pengumpat, lekas marah, keras-kepala, berhati sendiri dengan tidak mengakui kebenaran orang lain, perajuk, suka memerintah tetapi tidak suka mengerjakan,  mengecilkan hati orang, melupakan kesalahan diri, takabur, sombong, ujub, dan angkuh. Sedangkan mereka yang berwatak jubun atau pengecut, sedikit ditimpa sakit, dia memekik menggarung panjang serupa anak-anak.

 

*Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah edisi nomor 14 tahun 2013

Exit mobile version