Jihad Intelektual di Era Millenial

Jihad Intelektual di Era Millenial

?

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) UMY, Korkom IMM UMY, dan Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) menyelenggarakan Kolokium Pemikiran Kaum Muda Muhammadiyah, Kamis (12/4). Salah satu rangkaian kegiatannya adalah Seminar Tadarus Pemikiran Islam dengan tema “Semangat Tajdid dan Ijtihad Kaum Muda Muhammadiyah di Era Digital”.

Wakil Rektor UMY Hilman Latif, PhD dalam sambutannya mengatakan Muhammadiyah membutuhkan banyak kader pemikir dan kader ulama yang mampu mengimbangi perkembangan zaman karena situasi sangat kompleks saat ini. “Situasi sosial, ekonomi, dan politik membutuhkan satu sikap yang arif, satu cara pandang juga yang genuine dan tentu saja membutuhkan satu kekuatan basis intelektual” ungkapnya.

Menurut Prof Dr Zakiyuddin Baidhawi fenomena disruption menjadi bagian dari tantantangan kontemporer yaitu era di mana tatanan yang sifatnya status quo mulai diguncang, kehidupan tidak lagi linier, ada guncangan-guncangan dan terjadi di setiap aspek kehidupan. “Bisnis, perbankan, transportasi, sosial, masyarakat sampai ke dunia pendidikan menghadapi tantangan” tutur Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga ini.

Baca juga: Generasi Millenial Menatap Pemilu Serentak 2019

Ia mengungkapkan ada beberapa hal yang harus dilakukan Muhammadiyah untuk tetap memegang identitas Islam Berkemajuan yaitu investasi pendidikan untuk pengembangan digital skills. “Otomatis perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah harus melalukan revisi produk kalau tidak revolusi, kurikulumnya harus menyentuh human digital skills, harus masuk ke wilayah itu” katanya.

Kemudian, Prof Zaki melanjutkan, perlu dibuat aplikasi teknologi terbaru dalam banyak bidang (lembaga, majelis, amal usaha) serta kolaborasi dunia industri, PTM-PTA dan masyarakat untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagi era digital. Selain itu Big-data building untuk mengintegrasikan secara nasional-internasional jejaring persyarikatan, SDM, sumberdaya material-finansial, amal usaha, majelis, lembaga, program dan sebagainya.

Sementara itu Bambang Wahyu Nugrono, MA menyampaikan tentang Kosmopolitanisme Kader Muhammadiyah. Menurutnya salah satu terjemahan dari kosmopolitan yaitu the unity of mankind, bagaimana menganggap manusia itu satu yang membedakan hanya takwa. “Bagaimana environmentalist sekarang juga terus menerus mendorong bukan hanya unity of mankind, tapi the unity of creation, kita ini sama-sama makhluk Allah tidak ada yang berada di puncak,” tandasnya.

Bambang juga menguraikan tentang Ten Future Skills hasil dari penelitian Phoenix University dan mengaitkannya dengan kemampuan yang perlu di miliki kader di masa depan. “Sangat bagus kalo kemudian mentransformasikan untuk meningkatkan kualitas perkaderan angkatan muda Muhammadiyah, khususnya teman-teman ikatan yang merupakan garda depan intelektualitas anak muda Muhammadiyah” pungkasnya.(rizq)

Baca juga: Intelektual Muda Muhammadiyah dan Agenda Pembaharuan Sosial

Exit mobile version