JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk bekerjasama mendorong pemerataan ekonomi serta pendidikan di sektor kehutanan dan lingkungan hidup, Jum’at (13/04). Kerjasama tesebut diantaranya Implementasi Perhutanan Sosial (PS) dan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK), Serta Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Menurut Haedar pelibatan ormas besar seperti Muhammadiyah dan Aisyiah akan dapat mempercepat aktualisasi program pemerintah. KLHK punya legalitas kebijakan lahan dan akses, sementara Muhammadiyah punya umat dan masyarakat dan organisasi yang mengakar. ”Muhammadiyah sebenarnya sudah lama masuk pada program lingkungan hidup dan kehutanan. Namun jujur kami belum bisa lebih jauh dalam pengelolaannya, tapi dasar program kami sudah realistis dan dikembangkan juga di beberapa wilayah,” tutur Haedar.
Dalam MoU tersebut Muhammadiyah dan KLHK sepaham untuk melaksanakan identifikasi lokasi calon PS dan permasalahannya, serta mempercepat terbitnya hak atau izin PS pada calon lokasi sasaran. Kemudian juga akan bekerjasama meningkatkan efektifitas pengelolaan KHDTK di lingkungan kampus serta menerapkan konsep green school, green campus, green mosque, dan green hospital melalui perilaku ramah lingkungan, hemat air, hemat energi, penghijauan dan manajemen pengelolaan sampah (seperti: bank sampah/sodaqoh sampah).
Baca juga: Haedar Nashir Resmikan Markaz Muhammadiyah Mesir
Selanjutnya, Haedar menyampaikan beberapa program yang akan dikapitalisasi dan masifkan, yaitu: hutan pendidikan, usaha-usaha hutan produktif, pemberdayaan hutan untuk masyarakat setempat, program SITI (Sadarkan perempuan, dengan Inovasi lahan, yang Tepat guna untuk meningkatkan Income), serta program untuk pemberdayaan lingkungan.
“Lima program ini jika kita masifkan, Insyaallah akan menjadi kekuatan masyarakat yang bisa merawat lingkungan dan hutan tetapi juga bisa memanfaatkan secara produktif dan bertanggungjawab,” kata Haedar.
Sementara itu, menurut Siti Nurbaya, kerjasama tersebut sangat penting karena berkaitan langsung dengan masyarakat tingkat akar rumput yang hanya bisa diaktualisasikan dalam bahasa rakyat secara langsung, dimana Muhammadiyah dan Aisyiah memiliki jaringan tersebut. “Kalau kerjasama dengan ormas mereka sehari-hari dengan masyarakat, sehingga bagi pemerintah menjadi lebih memudahkan dalam pelaksanaan program”, ungkap Alumni SD Muhammadiyah 3 Jakarta ini.
Baca juga: Hizbul Wathan Harus Pelopori Kesadaran Lingkungan
Sumber daya alam yang ada, lanjut Siti, harus mampu menjawab dan mengatasi kemiskinan, 70% masyarakat menggantungkan hidupnya pada SDA hutan di 35.000 desa seluruh Indonesia. “Untuk itu, kita berikan akses lahan, kesempatan berusaha dan keterampilan”, tandas Siti.(klhk/rizq)