Intelektual Muda Muhammadiyah dan Agenda Pembaharuan Sosial

Intelektual Muda Muhammadiyah dan Agenda Pembaharuan Sosial

Oleh: Hanapi

Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah telah dikenal sebagai wadah atau perkumpulan yang menaungi beragam pemikiran anak muda dalam rangka melakukan transformasi sosial yang berspektrum global. Anak muda ini tersebar di kampus-kampus Muhammadiyah saat ini.

Para kaum intelektual ini senantiasa melakukan ijtihad sosial agar tidak terjadi kebekuan pemikiran dan lambatnya kaum muda muslim merespon isu-isu yang dihadapi umat, di tengah banjir informasi dan badai kebingungan. Meskipun kehadiran awalnya penuh kontroversi bagi sebagian kalangan, tetapi waktu hari ini telah membuktikan bahwa mereka mampu menjadi intelektual, yang tidak kehilangan elan untuk membumikan gagasan-gagasan segar dan aksi-aksi sosial.

Seiring berjalannya waktu, para kaum intelektual Muda Muhammadiyah, berusaha untuk melakukan regenerasi. Hal ini ditandai dengan acara kolokium pemikiran kaum muda Muhammadiyah di Yogyakarta. Pertemuan ini setidaknya memiliki dua alasan penting yaitu: Pertama, silaturahmi antara anak muda Muhammadiyah, yang selama ini konsen pada isu-isu sosial-keagamaan dan gerakan advokasi sosial sekaligus kewirausahaan; Kedua, menetapkan agenda bersama untuk melakukan pembaharuan dalam ranah sosial, politik, ekonomi dan lainnya untuk memunculkan gerakan intelektual yang mengakar pada persoalan keumatan dan kebangsaan, dengan aksi nyata.

Di pertemuan inilah gagasan progressif, yang memiliki daya transformasi yang kuat terlihat jelas, beragam pemikiran ada. Mulai dari kesehatan, perempuan, literasi dan lingkungan. Anak muda ini juga berasal dari organisasi otonom Muhammadiyah (IPM, IMM, dan lainnya), usia merekapun ada yang masih semester 2 di universitas hingga mahasiswa pasca sarjana tetapi gerakan sosial-keagamaan mereka menyentuh pada basis gerakannya masing-masing. Misalnya, ada aktivis literasi ransel pustaka lamongan, gubuk literasi ponorogo, rumah tarjih Yogyakarta dan lainnya.

Di forum inilah pemikiran kritis itu didiskusikan, yang langsung dimentori oleh Kang Hilman Latief untuk membahas persoalan kebangsaan dan kemanusian secara mendalam, yang mana Kang Hilman mengatakan kepada anak muda ini bahwa sekarang terjadi perubahan sosial yang kompleks dan membutuhkan model serta formula baru bagi gerakan intelektual. Apalagi banyak generasi millenial yang mengalami kecanduan gadget tetapi bagaimana cara agar mereka tetap membaca buku. Dan peradaban yang sedang berlangsung ini ingin kita namakan peradaban apa, apakah masih bisa kita katakan peradaban ilmu sedangkan kebohongan menjalar di jantung media sosial, yang menjadi ruang banyak orang menyebar informasi hoax ataupun kita namakan peradaban teknologian (civilization of tecnology). Tentunya kita harus melakukan teoritisasi dan metodelogi, yang membutuhkan proses yang panjang.

Dalam melakukan proses inilah, kaum intelektual muda Muhammadiyah dituntut memainkan peran yang maksimal dalam mendorong pembaharuan pemikiran secara luas, mendalam dan kekinian. Dimana Usaha ini terbukti pada acara kolokium ini kaum muda Muhammadiyah yang menetapkan tiga domain gerakan intelektual ke depannya yaitu: Pertama, Literasi; Kedua, Ekologi; Ketiga, Social innovation or eco-entrepreneurship.

Tiga domain gerakan ini dilatarbelakangi oleh realitas sosial dimana terjadi ketimpangan akses pengetahuan untuk dibidang literasi, yang mana negara-negara maju memiliki sistem pendidikan yang mapan dan mampu menjadi kiblat pengetahuan global. Sedangkan di bidang lingkungan, krisis yang dihadapi bangsa Indonesia sudah pada level menakutkan tetapi belum dijadikan agenda bersama umat untuk mendorong perubahan fundamental agar kekayaan alam itu benar-benar diolah untuk rakyat. Sebagaimana yang tertuang dalam konsep green constitusion atau UUD 1945. Dan masalah yang lebih pelik ada pada dunia usaha, yang bisnis dijalankan tanpa memikirkan dampaknya terhadap alam.

Agenda-agenda pembaharuan inilah, yang menjadi titik pijak gerakan intelektual Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah Millenial, dengan gerakan intelektual secara kolektif (Hilman Latief, 2017) dan visi kompolitan maka diharapkan proses teoritisasi dan metodelogi ilmu mampu mengakar pada realitas dan melahirkan gerakan solutif untuk umat manusia di muka bumi.

 

Penulis adalah Lapsi PP IPM, Pegiat Literasi Rumah Baca Komunitas dan Koordinator JIM3

Exit mobile version