Menjadi Khairu Ummah, Membangun Peradaban dan Kemajuan

Menjadi Khairu Ummah, Membangun Peradaban dan Kemajuan

SRAGEN, Suara Muhammadiyah – Ribuan jamaah menghadiri Tabligh Akbar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sragen di Masjid Raya Al Falah, Ahad (15/4). Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan ceramah dalam Tabligh Akbar tersebut.

Haedar mengatakan di Indonesia Allah telah menganugerahkan ummat Islam jumlahnya lebih banyak dibanding dengan ummat yang lain, hanya saja dari segi ekonomi masih banyak yang dhuafa-mustadzafin, apalagi di daerah-daerah pelosok. “Kalau ummat Islam yang mayoritas, ekonominya masih dhuafa-mustadzafin itu akan kalah oleh sekelompok kecil yang menguasai ekonomi Indonesia,” tutur Haedar.

Maka, menurutnya, ummat Islam tidak boleh hanya berada dalam keadaan masih tertinggal, perlu ada kebangkitan umat islam yang harus menjadi umat yang kuat. “Dalam Al-Qur’an, Allah menggarisbawahi, menekankan agar mukmin, muslim menjadi khairu ummah, menjadi ummat yang terbaik. Karena menjadi ummat terbaik, dia bisa ammar ma’ruf, bisa nahi mungkar, bahkan juga akan semakin beriman kepada Allah,” katanya.

Baca juga: Muhammadiyah Percepat Aktualisasi Program Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Untuk menjadi khairu ummah tersebut, Haedar mengungkapkan caranya, yaitu pertama dalam hal aqidah menjadi kekuatan paling mendasar dalam kehidupan. “Bahkan dengan aqidah yang kuat itu kita punya jiwa muroqobah, jiwa selalu merasa diawasi Allah dalam setiap tarikan nafas hidup kita. InsyaAllah jika aqidah kita kuat, maka kita akan menjadi ummat terbaik,” terangnya.

Kedua, lanjut Haedar, yaitu ibadah yang berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, berpengaruh kepada akhlak dan perbuatan. Ia mencontohkan, banyak orang yang tidak diragukan lagi berbagai ibadahnya, rajin sholat, rajin puasa, hanya sedikit saja terpicu hal-hal yang tidak menyenangkan bisa marah bukan main. “Marah itu pantulan dari akhlak kita yang belum tertata dengan baik, karena apapun marah itu. Marahnya orang beragama dalam membela agamanya tidak boleh sama dengan marah orang yang tak beragama, harus ada pembeda berbingkai akhlak mulia” tegas Haedar.

Kemudian, untuk menjadi khairu ummah menurut Haedar, ketiga yaitu al akhlak al karimah dimana semarah apapun, tidak puas apapun kepada keadaan harus tetap menunjukkan al akhlak al karimah sebagaimana Nabi. “Warga Muhammadiyah harus berbeda dari yang lain, hatta dalam perjuangan menegakkan ajaran islam, rawatlah akhlak mulia termasuk akhlak dalam kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.

Baca juga: Haedar Nashir: Kontestasi Politik Harus dalam Koridor Konstitusi

Keempat, masih menurut Haedar, yaitu kekuatan muamalah duniawiyah di mana Islam hadir dan risalah Muhammad saw sebagai Nabi akhir zaman datang menghadirkan Islam sebagai dienul hadlarah. “Islam sebagai Agama yang membangun peradaban, membangun kemajuan hidup, membangun kemakmuran manusia, di dunia dan di akhirat” ungkap Haedar.

Oleh karena itu, terang Haedar, mukmin yang kuat itu tentu kuat aqidahnya, kuat ibadahnya, dan dengan aqidah dan ibadah yang kuat itu menjadi mukmin yang shalih dan shalihah. “Bersamaan dengan itu, orang mukmin yang kuat itu juga kuat akhlaknya menjadi orang yang berakhlakul karimah, akhlak yang mulia, bahkan lebih dari itu, orang mukmin yang kuat itu juga orang yang kuat muamalah duniawiyah-nya, kuat dalam urusan-urusan keduniawiyan. Itulah yang digambarkan oleh Nabi sebagai sosok, figur atau karakter dari mukmin yang sejati,” pungkasnya.(rizq)

Baca juga: Kultum Buya Syafii Maarif: Menjadi Pemenang dalam Perlombaan Peradaban

Exit mobile version