JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pasca gempa bumi di Yogyakarta tahun 2008, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah memfokuskan pada peningkatan kapasitas rumah sakit dan mengintegrasikan dengan masyarakat yang berada di lingkar rumah sakit. Oleh karena itu, dalam satu dekade terakhir MDMC menginisiasi hadirnya rumah sakit dan masyarakat aman bencana.
Baru 9 rumah sakit dari 114 rumah sakit Muhammadiyah/’Aisyiyah di Indonesia yang diberikan pendampingan rumah sakit aman bencana. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah yang juga Unsur Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dr Rahmawati Husein dalam seminar internasional menuju rumah sakit dan masyarakat aman bencana di Hotel Aryaduta Jakarta, Selasa (24/4/2018).
Seminar bertajuk“Comprehensive Safe Hospital: Policy and Practices in Indonesia” tersebut terselenggara atas kerjasama MDMC dengan Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia. Seminar terbagi dalam tiga panel, yang secara garis besar membicarakan tentang Standar dan Kebijakan Rumah Sakit Aman Bencana; Model dan Praktik Fasilitas Kesehatan yang Aman Bencana di Indonesia; dan Dukungan Rumah Sakit untuk Tim Medis Bencana.
Baca juga: MDMC Kerahkan Tim ke Banjarnegara
Konsep rumah sakit aman bencana dalam standar Muhammadiyah terdiri atas 4 standar dan 11 parameter. Rumah sakit dikatakan aman bencana apabila memenuhi standar-standar, yaitu memiliki sistem manajemen yang mampu bekerja dalam situasi darurat dan bencana; memiliki sumber daya manusia yang terlatih dalam bidang kebencanaan; memiliki struktur bangunan dan infrastruktur yang aman dari risiko kejadian bencana; dan memiliki kerjasama dan integrasi dengan instansi-instansi daerah dimana rumah sakit berada.
Rumah sakit yang sudah mendapatkan pendampingan kebencanaan tersebut tersebar di hampir seluruh pulau di Indonesia, yaitu RS PKU Muhammadiyah Palembang, RSIJ Pondok Kopi, RS Muhammadiyah Lamongan, RS PKU Muhammadiyah Bantul, RSIA Sitti Khadijah Makassar, RSI Aisyiyah Malang, RS Muhammadiyah Gresik, RS PKU Muhammadiyah Bima, dan RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya.
Seminar menghadirkan 11 pembicara dari lembaga berbasis kesehatan dan bencana. Diantaranya MDMC, Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) Thailand, BNPB, WHO, Kementerian Kesehatan, Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) UGM, RSUD dr Iskak Tulungagung, dan Medecins Sans Frontieres (MSF).
Dalam materinya, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa secara kuantitas, rumah sakit Muhammadiyah lebih banyak jumlahnya daripada rumah sakit milik Kementerian Kesehatan. Senada dengan hal tersebut, BNPB mengakui bahwa Muhammadiyah sudah banyak membantu dalam upaya-upaya kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana di bidang kesehatan. (aulia/rizq)
Baca juga: Sukseskan HKB, MDMC Memperkuat Paradigma Kesiapsiagaan Bencana