YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Puluhan alumni dan keluarga besar SMA Negeri 10 Bandung yang berlokasi di Bandung Timur, Jalan Cikutra Nomor 77, menyambangi Grha Suara Muhammadiyah pada Selasa (24/4) malam. Rombongan ini bermaksud untuk bertemu dengan salah satu alumni dari SMAN 10 Bandung yang kini menjadi tokoh nasional, Haedar Nashir.
Ketua umum PP Muhammadiyah itu berkenan menyempatkan diri untuk bertemu dan berbagi pengalaman dengan para guru dan alumni dari SMAN 10 Bandung. Menurut ketua rombongan, Asep, kunjungan ini dimaksudkan sebagai rekreasi religius. “Rekreasi yang membawa manfaat dan mendapat barakah dari Allah,” katanya.
Pihak sekolah, kata Asep, mengaku bangga dengan sosok Haedar Nashir sebagai salah satu alumni yang telah menjadi tokoh bangsa dan banyak berkiprah untuk memberi manfaat bagi kepentingan umat dan bangsa. Dia berharap, para alumni SMAN 10 lainnya bisa mengikuti jejak Haedar dan melahirkan banyak lulusan yang cerdas dan berkualitas.
Haedar Nashir mengaku senang dengan kunjungan dari keluarga besar sekolah yang pernah menjadi bagian dari pengembaraan pendidikannya sebelum kemudian melanjutkan ke pondok pesantren dan lalu menetap di Yogyakarta sejak 1979. Meskipun telah menetap lama dan memiliki kehidupan baru di Yogyakarta, Haedar Nashir tidak pernah melupakan jasa dari sekolah ini. Tidak juga lupa dengan tanah Pasundan yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.
Dalam kesempatan itu, Haedar sempat menceritakan tentang aktivitas keumatan dan kebangsaan yang diembannya sebagai ketua umum PP Muhammadiyah. Amanat ini dipenuhinya dengan sepenuh hati dalam rangka membawa Islam menjadi agama yang berkemajuan. Misi itulah yang terus dijalankan dengan penuh dedikasi, yang minim retorika.
“Islam itu harus memberi manfaat bagi orang banyak. Harus mencerahkan, mencerdaskan, dan memajukan,” katanya. Dalam Al-Qur’an, ujar Haedar, umat islam kerap disebut sebagai khaira ummah atau syuhada ala al-nas. Al-Qur’an menghendaki umat ini menjadi umat yang unggul dan tidak tertinggal dalam perlombaan peradaban. Namun kenyataanya, umat Islam hari ini belum sepenuhnya menjadi unggul sebagaimana idealisme Qur’an.
Oleh karena ini, kata Haedar, umat Islam harus berubah. “Muhammadiyah membangun peradaban (din al-hadlarah), membangun pusat-pusat kemajuan islam. Islam harus hadir membawa peradaban yang utama, bukan dengan kata-kata, tapi aksi nyata,” ujarnya. Pesan-pesan kemajuan dalam kitab suci itu hendaknya menjadi nilai-nilai dalam kehidupan muslim. Termasuk dalam pola hidup, semisal kebersihan. “Membangun tradisi bersih, tradisi sehat,” ungkapnya.
Menurut Haedar, jika kita memiliki tekad dan ketulusan untuk membawa Islam menjadi agama yang unggul, maka Allah akan menolong dan memberi keberkahan dalam perjuangan mulia itu. “Bahwa kita berbuat yang terbaik untuk umat, Insyaallah barakah Allah hadir,” tuturnya.
Haedar juga menyebut beberapa contoh laku Muhammadiyah dalam mewujudkan Islam yang bisa memberi manfaat bagi semua. Di antaranya dengan lembaga-lembaga pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, dan pelayanan sosial yang tersebar di seluruh Indonesia. Di Indonesia Timur, kebanyakan yang merasakan manfaat dari Muhammadiyah justru merupakan masyarakat non-muslim. Belakangan, Muhammadiyah menggencarkan untuk membangun tonggak-tonggak kemajuan di luar negeri. Haedar Nashir dan rombongan baru saja kembali dari Mesir, Sudan, dan India. (ribas/foto:budi)
Baca Juga:
Kultum Haedar Nashir: Upaya Muhammadiyah Internasionalisasi Islam Indonesia
Haedar Nashir Kuliah Umum Islam Berkemajuan di India