JAKARTA, Suara Muhammadiyah– Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak menilai, kontestasi politik seringkali destruktif terhadap kehidupan sosial bermasyarakat, khususnya kerukunan umat beragama. Perilaku memperalat agama untuk kepentingan meraih kekuasaan menjadi perilaku umum yang ditunjukkan oleh para elit dan politisi.
“Kemunafikan dan keberpura-puraan rajin dipertontonkan untuk memperoleh simpati dari pemilih umat beragama. Simbol-simbol agama yang sama sekali tidak pernah dikenakan, jelang pemilu biasanya digunakan,” kata Dahnil. Dia mencontohkan perilaku beberapa elit yang mendadak pakai jilbab, mendadak rajin ke Masjid, ke Gereja, ke Pesantren dan simbol-simbol religius lainnya, bahkan tidak jarang, menurutnya, memaksakan diri menjadi imam shalat.
“Perilaku mendadak religius tersebut akhirnya menjadikan agama ruang pertarungan politik, Rumah Ibadah menjadi battle ground pemilu, dan merusak kerukunan umat beragama di Indonesia, Karena Politisi-Politisi tersebut tidak menjadikan agama sebagai akhlak atau standar moral berpolitik namun memamfaatkan agama untuk menarik simpati demi kekuasaan,” tuturnya.
Dahnil menyarankan, para elit-elit politik untuk tampil dan berpolitik dengan otentik, tidak dipenuhi dengan laku-laku “mendadak religius” yang cenderung menipu. “Sehingga rumah ibadah dan agama tidak menjadi battle ground pertarungan syahwat kekuasaan para politisi. Mari menghadirkan nilai-nilai akhlak dalam agama menjadi standar moral bagi praktik politik bukan memperalat agama sekedar untuk kekuasaan jangka pendek,” katanya.
Di tengah fenomena “mendadak religius” yang ditunjukkan para politisi kita tersebut, ungkap Dahnil, masyarakat harus terus merawat akal sehatnya dalam menilai dan tetap menjaga kerukunan antar umat beragama, Jangan sampai upaya adu domba demi syahwat kekuasaan merusak keberagaman Indonesia.
“Ketika politik memecah belah, maka agama harus mempersatukan. Semoga Tahun Politik 2018 dan 2019 ini bisa kita lewati dengan penuh kebaikan,” harap Dahnil. Kepentingan umat dan bangsa harus diletakkan di atas semua kecenderungan kelompok dan golongan. (ribas)