PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta warga Muhammadiyah untuk menjaga Muhammadiyah dari kepentingan politik praktis. Haedar tetap mendorong agar pimpinan dan warga Muhammadiyah konsisten menggerakkan Muhammadiyah sebagai gerakan keagamaan dan kemasyarakan yang mencerahkan dan berkemajuan.
Pandangan ini disampaikan Haedar saat mengisi tabligh akbar di tengah ribuan jamaah Muhammadiyah, di Kajen, Pekalongan, Ahad (29/04). “Muhammadiyah sesuai dengan kittahnya dan keputusan muktamar Muhammadiyah Makasar, tetap berada dalam gerakan keagamaan dan kemasyarakatan. Karena memang sejak awal, Muhammadiyah lahir dan tumbuh sebagai gerakan keagamaan yang mencerahkan dan berkemajuan. Oleh karena itu, dalam ranah politik praktis, warga Muhammadiyah harus hati-hati dan tidak membawa-bawa Muhammadiyah untuk kepentingan itu (politik praktis),” imbaunya
Sebenarnya menurut Haedar, bukan saja Muhammadiyah yang harus menjaga dari kedekatannya dan keterlibatannya ke dalam politik praktis, melainkan juga terhadap semua ormas keagamaan dan kemasyarakatan. Sebab dalam ranah demokrasi, yang berkecimpung dan memiliki area politik praktis adalah partai politik. Hanya saja, menurut Haedar, tidak banyak yang tahan dengan godaan politik praktis.
Sebagaimana diketahui, tahun 2018 dan 2019, merupakan “tahun politik” terkait perhelatan bangsa untuk menyelenggaran Pilkada serentak maupun Pemilu Legislatif dan Pemilu Pemilihan Presiden. Dalam tahun ini, secara personal tentu saja, ada warga maupun pimpinan Muhammadiyah yang ikut berpartisipasi dalam hajatan bangsa ini. Oleh karena itu, Ketua Umum PP muhammadiyah ini, meminta para pimpinan dan aktivis Muhammadiyah dapat memisahkan kepentingan bermuhammadiyah dan berpolitik.
“Cara kita (Muhammadiyah) membangun bangsa ini sudah tepat, sebab Muhammadiyah bukanlah organisasi yang sekedar berkoar – koar dan berbicara, namun kita adalah organisasi yang bekerja dan berpikir. Ketika orang baru sebatas bicara toleransi, Muhammadiyah sudah jauh mempraktekkan itu melalui lembaga pendidikannya di Papua, Maluku, maupun NTT. Ketika orang penuh kekhawatiran adanya impor ideologi asing ke Indonesia, Muhammadiyah justru mengeskpor pemikiran dan ideologinya di luar negeri, dengan mendirikan beberapa perguruan tinggi dan pusat pemikiran Islam di luar negeri,” ungkap Haedar.
Maka Haedar menghimbau, kepada warga Muhammadiyah, agar tetap konsisten memelihara gerakan amal Muhammadiyah, untuk melahirkan amal-amal usaha baru, demi kepentingan umat dan bangsa. Karena Muhammadiyah dilahirkan sebagai umat yang terbaik, untuk menghadirkan pencerahan dan peradaban umat yang berkemajuan.
Dalam kegiatan tabligh akbar ini, Haedar juga menandatangani 18 prasasti amal usaha Muhammadiyah Pekalongan serta peletakan batu pertama pembangunan Gedung Dakwah Muhammadiyah Pekalongan di Kajen. Hadir dalam acara tersebut antara lain Bupati Pekalongan, Polres, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng, serta 6000 warga Muhammadiyah se Pekalongan. (red)